Selasa, 25 Juni 2013

Perangkat Lunak


PERANGKAT LUNAK (SOFTWERE) KOMPUTER
A.     PENGERTIAN PERANGKAT LUNAK
Perangkat lunak atau software adalah program komputer yang memungkinkan sebuah komputer dapat melakukan sebuah tugas tertentu. Software merupakan nyawa dari sebuah komputer. Pada bab yang lalu, kamu telah mempelajari tentang macam-macam perangkat keras komputer. Perangkat keras dapat dengan mudah kamu lihat tanpa menyentuh komputer tersebut. Sedangkan perangkat lunak tidak dapat kamu lihat apabila kamu tidak menghidupkan atau mengoperasikannya terlebih dahulu.

B.     JENIS-JENIS PERANGKAT LUNAK
Sebagai kebalikan dari perangkat keras, software terdiri atas kumpulan instruksi dan data yang disimpan dalam memori komputer. Pada dasarnya, perangkat lunak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis seperti berikut. Secara umum, software dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu sistem operasi, alat bantu (utility), program paket, dan bahasa pemrograman.

a. Sistem Operasi
Sistem Operasi (Operating System) merupakan program komputer yang dibuat untuk mengendalikan kerja komputer secara mendasar. Tanpa sistem operasi, komputer tidak dapat digunakan. Sistem operasi merupakan software yang berkomunikasi langsung dengan hardware, seperti mengatur kerja dari input device, kerja CPU, juga mengatur kerja media output device.
Berikut ini beberapa sistem operasi dan perkembangannya.
1)       PC DOS (Personal Computer Disk Operating System)
Sebelum sistem operasi windows muncul di pasaran software dunia, PC DOS merupakan system operasi yang dipakai saat itu. PC DOS dibuat oleh Microsoft Coorporation untuk mesin IBM. IBM mengedarkan PC DOS bersamaan dengan komputer yang dijualnya.

2)       MS DOS (Microsoft Disk Operating System)
MS DOS merupakan perkembangan dari PC DOS. Pembuat MS DOS sama dengan pembuat PC DOS.

3)       UNIX
Sistem operasi ini dibuat dengan bahasa pemrograman C. Awal mulanya, UNIX diperuntukkan bagi komputer-komputer besar. Dalam perkembangannya, AT&T Bell Laboratory menjadikan UNIX agar dapat diinstal di komputer personal (PC).
4)       Microsoft Windows
Sistem operasi MS DOS mulai ditinggalkan setelah Microsoft mengeluarkan sistem operasi Windows. Sistem operasi ini sangat terkenal dan sangat familier bagi pemakainya. Sistem operasi Windows mulai berkembang dengan pesat dikarenakan sistem operasi ini memberikan fasilitas yang banyak bagi pemakainya.
Sistem operasi ini sudah berbasis grafis (GUI) sehingga pengguna tidak harus mengetik banyak perintah. Pemakai cukup mengarahkan mouse pada gambar ikon perintah yang telah disediakan.


5)       LINUX
Sistem operasi ini merupakan pengembangan dari sistem operasi UNIX. Sistem operasi ini dikembangkan oleh seorang mahasiswa Finlandia, Linus Torvalds. Sistem operasi ini pada awalnya masih berbasiskan teks, kemudian mulai menggunakan tampilan berbasis grafis (GUI). Sekarang, sistem operasi LINUX banyak digunakan oleh pengguna komputer dikarenakan sistem operasi ini free (bebas tanpa harus membeli software asli) dan bersifat open source (siapa saja boleh menambahkan).
b. Utility (alat bantu)
Utility atau alat bantu merupakan perangkat lunak dengan tugas mengerjakan pekerjaan minor dalam pengoperasian sistem, seperti penghapusan program, penyalinan program, memeriksa perangkat keras (troubleshooting), mengatur ulang isi hard disk (defrag atau partisi), pembakaran CD (menyalin data komputer di CD), atau penghilangan virus komputer.
Beberapa contoh utility adalah:
1)       Norton Anti virus untuk penghilangan virus komputer,
2)       Nero StartSmart untuk pembakaran CD,
3)       Partition Magic untuk partisi hard disk, dan
4)       Winzip untuk penyalinan dan kompresi file atau data.
c. Program Paket (Package Program) atau Program Aplikasi (application package)
Program paket atau sering disebut dengan istilah software aplikasi adalah program-program yang dibuat oleh suatu perusahaan software untuk para pengguna komputer yang beroperasi dalam bidang umum, seperti perusahaan asuransi, pertokoan, perkantoran dan lain-lain. Program paket terbagi menjadi beberapa kelompok antara lain software pengolah kata, pengolah angka, aplikasi grafis, publisher, basis data, CAD, dan multimedia.
1)       Software Pengolah Kata (Word Processor)
Software pengolah kata ini banyak digunakan oleh instansi-instansi, baik negeri maupun swasta. Fungsi utama software ini adalah untuk mengetik surat, membuat brosur, dan mengetik dokumen lainnya. Dengan keberadaan software ini, banyak orang meninggalkan mesin ketik manual karena mesin tersebut kurang efisien.
Contoh software pengolah kata adalah
• WordStar (WS),
• Word Prefect (WP),
• Word Pad,
• ChiWritter (CW),
• Notepad,
• Microsoft Word, dan
• Open Office, dan sebagainya.
2)       Software Pengolah Angka (Spreadsheet)
Selain Software pengolah kata, software pengolah angka juga sangat sering digunakan banyak instansi. Software ini berfungsi untuk mengolah angka, membuat grafik, dan sebagainya. Dengan softwar ini, komputer akan berfungsi sebagai sebuah kertas kerja yang dapat melakukan perhitungan secara otomatis.
Beberapa contoh software adalah
• Lotus 123,
• Quatro Pro,
• Lotus Symphony,
• Supercalc, dan
• Microsoft Excel.
3)       Software Aplikasi Grafis
Software ini banyak digunakan oleh pengguna komputer yang bergerak dibidang desain grafis, misalnya menggambar maupun mengolah foto. Contoh software yang termasuk dalam aplikasi grafis, antara lain:
• Corel Draw,
• Freehand,
• Adobe Ilustrator,
• Photo Editor, dan
• Adobe Photoshop, dan sebagainya.
4)       Software Publisher
Instansi yang banyak menggunakan software ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan, misalnya perusahaan surat kabar dan penerbit buku dan majalah. Contoh software publisher adalah
• Microsoft Publisher,
• Adobe Pagemaker,
• Adobe in Design, dan
• Ventura publisher, dan sebagainya.
5)       Program Basis Data (Database)
Software ini digunakan untuk mengolah data yang jumlahnya banyak dan terdiri atas field dan record. Biasanya, software ini digunakan untuk perusahaan besar yang memiliki data yang sangat banyak, misalnya data pegawai, data barang dan lain sebagainya. Contoh software yang merupakan program basis data adalah
• dBase III plus,
• Microsoft Access,
• Foxbase, dan
• Fox pro, dan sebagainya.
6)       CAD (Computer Aided Design)
Software ini merupakan software yang digunakan untuk melukis atau menggambar oleh para dekorator dan arsitek. Beberapa contoh software CAD adalah
• Autocad,
• Pro Design, dan
• SAP 2000, dan sebagainya.
7)       Software Multimedia
Software multimedia sering digunakan oleh para petinggi perusahaan untuk presentasi dan digunakan oleh guru untuk membuat media pembelajaran. Software ini menyediakan fasilitas animasi, suara, dan audio. Melalui software ini, kita dapat mendengarkan music dan melihat film. Contoh software multimedia adalah
• Windows Media Player,
• Microsoft Powerpoint,
• Harvard graphics,
• Macromedia Dreamwaver, dan
• Flash MX, dan sebagainya.

d. Bahasa Pemrograman
Bahasa pemrograman merupakan software yang digunakan oleh para programmer (pemrogram) untuk membuat program tertentu, misalnya program di sebuah bank, program di swalayan, program penggajian, dan sebagainya. Contoh software yang termasuk dalam bahasa pem-rograman adalah
• Pascal,
• COBOL (Common Bussiness Oriented
  Language),
• Basic (Beginner All-purpose Symbolic
   Interchange Code),
• Visual Basic,
• Visual Foxpro,
• Java, dan
• Delphi, dan sebagainya.
e. routines (user program)
Routines (user program) adalah software yang digunakan untuk menyiapkan system aplikasi tertentu, seperti penggajian, pembayaran tagihan, dan keamanan. Contohnya antara lain: from tool, DacEasy Accounting.

Minggu, 23 Juni 2013

Ramadhan Bulan Penuh Berkah


Ramadhan Bulan Penuh Berkah
Definisi Ramadhan
Ramadan (bahasa Arab:رمضان; transliterasi: Ramadhan) adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk di dalamnya berpuasa, salat tarawih, peringatan turunnya Alquran, mencari malam Laylatul Qadar, memperbanyak membaca Alquran dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri. Kekhususan bulan Ramadan ini bagi pemeluk agama Islam tergambar pada Alquran pada surat Al Baqarah ayat 185 yang artinya:

"bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu..."
Ramadan berasal dari akar kata ر م ﺿ , yang berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya pada tanah. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan ke sembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh segatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadan, bulan dengan panas yang menghanguskan.

Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Wallahu `alam.

Dari akar kata tersebut kata Ramadan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata ramadan tidak dapat disamakan artinya dengan ramadan. Ramadan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.

Penentuan awal Ramadan


JAKARTA: Kementerian Agama akan melaksanakan sidang Isbat nanti malam (19/7/2012) untuk menentukan 1 Ramadhan 1433 H.



Sejumlah organisasi Islam, kecuali Muhammadiyah, akan mengikuti sidang tersebut, diantaranya Nahdlatul Ulama, PP Persatuan Islam (Persis), Dewan Syariah Partai Keadilan Sejahtera, dan jamaah lainnya.

Diprediksikan, pemerintah akan mengacu pada penampakkan hilal yang nanti malam diprediksi masih kurang dari 2 derajat sehingga puasa akan dimulai pada 21 Juli lusa.

Penetapan 1 Ramadhan di Indonesia selalu mengundang polemik karena sejumlah organisasi menggunakan metode yang berbeda. Tahun ini, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menduga akan ada perbedaan.

Deputi Bidang Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengungkapkan setelah mengamati posisi bulan menyimpulkan jika nantinya akan ada potensi perbedaan dalam penetapan 1 Ramadhan.

Dari perjalanan bulan, diketahui bahwa pada maghrib akhir Sya’ban atau 19 Juli 2012 nanti bulan telah wujud atau tampak di Indonesia. Akan tetapi ketinggiannya kurang dari imkan rukyat. Ketentuan Imkan rukyat menggunakan kriteria yang disepakati ketinggian bulan minimal 2 derajat.

Nah, karena pada 19 Juli 2012 bulan sudah wujud tetapi kurang dari 2 derajat, maka pengguna hisab wujudul hilal akan menetapkan awal Ramadhan jatuh pada 20 juli. Pengguna hisab wujudul hilal ini di antaranya adalah Muham*madiyah.

Sedangkan ormas yang menggunakan hisab imkan rukyat akan menetapkan 1 Ramadhan pada 21 Juli. Sementara itu, posisi hilal yang rendah tadi (antara 0-2 derajat) tidak mungkin akan berhasil di-rukyat pada 19 Juli.

Maka pengguna rukyat kemungkinan besar menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada 21 Juli. Pengguna rukyat ini di antaranya adalah pemerintah dan NU (Nahdlatul Ulama).

Pemerintah melalui Kemenag akan menjalankan pengamatan bulan atau rukyatul hilal pada 19 Juli 2012 nanti.

Thomas menyimpulkan Muhammadiyah berpotensi mengawali berpuasa ketim*bang ketetapan pemerintah yaitu pada 20 Juli 2012. Sementara pemerintah dan biasanya diikuti ormas-ormas lain terutama NU, akan menjalankan ibadah puasa mulai 21 Juli 2012.(api)

Hikmah puasa

Ibadah puasa Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mukmin adalah ibadah yang ditujukan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam QS. Al- Baqarah/2: 183. Hikmah dari ibadah shaum itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah ‘gigih dan ulet’ seperti yang dimaksud dalam QS. Ali ‘Imran/3: 146. Di antara hikmah dan faedah puasa selain untuk menjadi orang yang bertakwa adalah sebagai berikut;

Untuk pendidikan/latihan rohani

Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri
Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti
Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-baiknya
Mendidik kesabaran dan ketabahan

Untuk perbaikan pergaulan

Orang yang berpuasa akan merasakan segala kesusahan fakir miskin yang banyak menderita kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian akan timbul rasa suka menolong kepada orang-orang yang menderita.

Untuk kesehatan

Perlu diingat ibadah puasa Ramadhan akan membawa faaedah bagi kesehatan rohani dan jasmani kita bila ditunaikan mengikut panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia saja.

Allah berfirman dalam surat [Al-A'Raaf] ayat 31:

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan"


Nabi S.A.W.juga bersabda:

"Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang."


Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa muzarat kepada kesehatan kita. Boleh menyebabkan badan menjadi gemuk, dengan mengakibatkan kepada sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika berbuka, mudah-mudahan Puasa dibulan Ramadhan akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insy Allah kita akan bertemu kembali.

Sebagai rasa syukur atas segala nikmat Allah

Syarat-syarat puasa


Syarat wajib puasa yaitu

Beragama Islam
Berakal sehat
Baligh (sudah cukup umur)
Mampu melaksanakannya

Syarat sah puasa yaitu

Islam (tidak murtad)
Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)
Suci dari haid dan nifas (khusus bagi wanita)
Mengetahui waktu diterimanya puasa

Rukun puasa

Islam
Niat
Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari
Bacaan doa waktu Sahur dan buka puasa

Niat Puasa Ramadhan yang dibaca setiap malam :

Do’a Sahur Puasa Ramadhan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgor_H32ftac6UgiClBanphFvhPLNedRqh5xSBpcUrDFkenWwsx5w5HEnVSO0iq5Gitb69akcLfPB5VBOPCPXvH6mzqWHmhNubMesesMKuDUoGwZJjqKoltrgfEhTXo2p1ADzfrjRLIhcE/s1600/niat_harian_puasa2.jpg

Dibaca : Nawaitu shauma gadhin ‘an ada-i fardhi sayahri ramadhani hadzihis-sanati lillahi ta’ala.

Artinya : Aku berniat puasa esok hari untuk melaksanakan kewajiban bulan ramadhan tahun ini kerana Allah Taala.



Do’a Berbuka Puasa Ramadhan :

doa buka puasa
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKC2nMfoe9Wljaj_LPRt99PjQEN7sw7g2MSxtDJYc8YmxPrrBbta5-BE_eRzeLLVXnlwyYI5S4KBuIyGZ_Sb3nLMEefhEsn9Ziofon0d8n_gRJmwrpKbaIoHCpo86kBWHpe7JX-AatoEA/s1600/buka_puasa.gif

Dibaca : Allahuma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika aftartu birahmatika ya arhama rohimin.

Artinya : Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka, Maha besar Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.
Salat tarawih

Pada malam harinya, tepatnya setelah salat isya, para agama Islam melanjutkan ibadahnya dengan melaksanakan salat tarawih. Salat khusus yang hanya dilakukan pada bulan Ramadan. Salat tarawih, walaupun dapat dilaksanakan dengan sendiri-sendiri, umumnya dilakukan secara berjama'ah di masjid-masjid. Terkadang sebelum pelaksanaan salat tarawih pada tepat-tempat tertentu, diadakan ceramah singkat untuk membekali para jama'ah dalam menunaikan ibadah pada bulan bersangkutan.

Menyambut ramadhan dengan suka cita
Kemulyaan Ramadhan Bukan Hanya Untuk Ustadz dan Kyai
Suatu malam menjelang Ramadhan dari tempat rumah keduanya (pemancingan), kawanku mendengar seorang penceramah lewat pengeras suara sedang membahas tentang keutamaan menyambut bulan suci Ramadhan. Kawanku (fissher) di tengah aktifitas hobbynya (memancing) rupanya sempat menangkap salah satu hadits tentang keutamaan menyambut bulan Ramadhan yang dibacakan sang ustadz.
Besoknya, dia berorasi kecil di tengah-tengah rekan-rekan kerjanya (termasuk aku) sambil berkata: “Wah…hadits itu khusus ditujukan buat para kyai dan ustadz yang setiap Ramadhan selalu mendapat “proyek” imam taraweh, kultum, dan ceramah di bulan Ramadhan. Wajar saja kalau setiap datang Ramadhan selalu menyambutnya dengan senang (gembira)!”
Ternyata, hadits yang dimaksud oleh kawanku adalah hadits yang berbunyi:
“Barang siapa yang merasa gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya disentuh api neraka.” (Al-Hadits)
Tentu sebagian rekan kerjanya merespon dengan senyum dan menganggap itu Cuma comment yang tidak diyakini sebagai sebuah pemahaman yang sebenarnya terhadap sebuah hadits. Rekan kerjanya pun hanya menganggap itu hanya sebagai ungkapan canda. Kisah di atas menginformasikan kepada kita bahwa (jika benar) kawanku memiliki pemahaman seperti yang diucapkannya, maka kedatangan Ramadhan bagi sebagian kita memang seolah-olah tidak punya makna. Bahkan yang kita khawatirkan bagi mereka justru jika kemudian mengganggap Ramadhan hanya sebagai bulan “pengekang kebebasan” dan “pembatas aktifitas”.Jika ini yang terjadi, maka Ramadhan tidak akan pernah disambut, apalagi dengan perasaan suka cita.
Yang pasti, hadits di atas bukan hadits untuk ustadz atau kyai saja, tapi universal untuk seluruh kaum muslimin. Karena kita patut bersyukur, di bulan Ramadhan segala kesempatan beramal semakin terbuka kepada siapa saja yang mau menangkap peluang pahala. Jika pada satu kesempatan, didapati seseorang yang tampak bertambah baik “kepulan asap dapurnya” di saat bulan Ramadhan, itu hanya sebagian dari pengaruh berkah Ramadhan. Sebab memang bulan Ramadhan adalah bulan berkah, disamping sebagai bulan rahmat dan maghfiroh. MARHABAN YA……RAMADHAN !

Nasihat Rasulullah Menyambut Bulan Ramadhan
1.     Nasihat Rasulullah Menyambut Bulan Ramadhan
2.    Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan syiyam dan membaca kitab-Nya.
3.    Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fukara dan masakin .
4.    Muliakanlah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.
5.     Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu.
6.    Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hambanya dengan penuh kasih;Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
7.    Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar . Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
8.    Ketahuilah! Allah Ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Rabb Al-'Alamin.
9.    Wahai manusia! Barangsiapa diantaramu memberi buka kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.
10. (Sahabat-sahabat bertanya:" Ya Rasulullah!Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian." Rasulullah meneruskan:) Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.
11.  Wahai manusia! Siapa yang membaguskan ahlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
12. Barang siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari Kiamat. Barang siapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
13. Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-nya.
14. Barangsiapa menyambungkan tali persudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
15. Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan , Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu dibulan yang lain.
16. Barang siapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Qur'an pada bulan-bulan yang lain.
17. Wahai manusia! sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu.
18. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.
19. Amirul Mukminin k.w. berkata,:Aku berdiri dan berkata,"Ya Rasulullah! Apa amal yang paling utama dibulan ini?” Jawab Nabi:Ya abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah". Di kutip dari:"Puasa Bersama Rasulullah", karangan Ibnu Muhammad, Pustaka Al Bayan Mizan.


7 Kebiasaan Rasulullah Di Bulan Ramadhan


Sungguh Allah telah memberikan kepada kita nikmat yang begitu besar pada bulan Ramadhan. Alangkah meruginya orang-orang yang tidak mau mengambilnya. Bulan ini adalah rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. Tidak ada bulan yang dapat merangkum ketiga hal tersebut selain bulan Ramadhan. Oleh karena itu, sudah semestinya kita memperbanyak dan memperbagus ibadah-ibadah kita di bulan ini. Berikut ini tujuh kebiasaan Rasulullah selama bulan Ramadhan:

Kebiasaan Pertama, mengerjakan amalan fardhu dengan sempurna.
Pahala orang yang mengerjakan amalan fardhu di bulan ramadhan sama dengan 70 kali pahala yang dilakukan pada amalan di bulan lainnya. Alangkah besar pahala itu, alangkah meruginya orang yang meninggalkannya. Sudah semestinya kita mengerjakannya dengan sebaik mungkin, agar kita mendapatkan pahala itu dan keberkahan lainnya dari ibadah yang kita lakukan. Segeralah shalat apabila adzan memanggil, kemudian lakukanlah shalat berjamaah. Jika dihitung-hitung secara matematik, orang yang shalat berjamaah pada bulan ramadhan akan mendapatkan pahala sebesar 1890 pahala, yaitu hasil dari 27 x 70. Luar biasa besarnya. Dan, Allah bisa saja melipatgandakannya lagi sebagaimana yang Dia kehendaki. Semua itu hanya diberikan Allah pada bulan ini.

Kebiasaan Kedua, mengerjakan amalan sunah.
Pahala orang yang mengerjakan amalan sunah sama dengan pahala orang yang mengerjakan amalan fardhu di bulan lain. Wahai orang-orang yang lalai dalam mengerjakan amalan fadhu di bulan lain, kini saatnya kalian mengejar ketertinggalan itu dari orang-orang saleh. Sesungguhnya waktu kita hanya sebentar. Entah kapan kita mati; esok atau lusa, itu adalah rahasia Allah. Tak ada yang menyelamatkan kita kecuali amal-amal yang mengantarkan pada rahmat Allah Swt. Jika shalat fardhu saja sudah ditinggalkan dibulan lain, ditambah ditinggalkannya shalat sunah di bulan ramadhan, entah amal apa yang dapat menyelamatkan kita dari siksa-Nya, sedangkan yang pertama kali di hisab adalah shalat kita. Apabila shalat kita bagus, maka bagus pula seluruh amalan kita. Apabila jelek, tunggulah siksaan itu begitu nyata.

Kebiasaan Ketiga, membayar zakat dan memperbanyak sedekah.
Rasulullah Saw. telah bersabda dalam salah satu haditsnya, “Bulan ini (ramadhan) juga merupakan bulan simpati kepada sesama. Pada bulan inilah rezeki orang-orang beriman ditambah. Barangsiapa memberi makan (untuk berbuka puasa) kepada orang yang berpuasa maka kepadanya dibalas dengan keampunan dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka Jahannam dan dia juga memperoleh ganjaran yang sama sebagaimana orang yang berpuasa tadi tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang yang berpuasa itu.”Yang dimaksud “memberi makan” di sini tidak hanya berbentuk satu porsi makanan, tetapi“walau hanya sebutir kurma, atau seteguk air, atau seisap susu.”

Rasulullah Saw. adalah orang yang paling pemurah dan dibulan Ramadhan beliau lebih pemurah lagi. Kebaikan Rasulullah Saw. di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena begitu cepat dan banyaknya. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Sebaik-baiknya sedekah yaitu sedekah di bulan Ramadhan.” (HR. Baihaqi, al-Khatib, dan Tirmidzi).
Dan salah satu bentuk sedekah yang dianjurkan adalah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti sabda beliau, “Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.”(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah disebutkan, para sahabat Ra. berkata, “Ya Rasulullah! Tidak semua orang di antara kami mempunyai sesuatu yang dapat diberikan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka.” Rasulullah Saw. menjawab, “Allah akan mengaruniakan balasan ini kepada seseorang yang memberi buka walaupun hanya dengan sebiji kurma, atau seteguk air, atau seisap susu.”

Dengan zakat dan sedekah, kita dapat menolak bala’ bencana, doa-doa kita dikabulkan, harta kita dibersihkan, nikmat-nikmat kita ditambah, telah gugurnya kewajiban, dan besarnya pahala yang akan kita terima. Mungkin selama bulan-bulan lain Anda kurang bersedekah, maka inilah saatnya Anda banyak bersedekah. Selama bulan-bulan lain Anda bekerja keras mencari uang, maka inilah saatnya Anda sedekahkah sebagian uang itu kepada yang berhak. Jika ada orang yang meminta, berilah. Karena toh harta kita tidak berkurang. Apalah artinya jika Anda berpenghasilan dua juta sebulan, lalu Anda sedekahkan lima ratus ribu pada bulan ini. Semua itu tak ada artinya dibandingkan dengan pahala yang akan Anda terima. Harta Anda akan terus bertambah seiring dengan terus menerusnya Anda bersedekah. Ya Allah, karuniakanlah kami rezeki yang melimpah dan dengannya kami membayar zakat dan sedekah.

Kebiasaan Keempat, memperbanyak membaca Al-Quran.
Bulan yang penuh berkah ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan Al-Quran. Karena secara umum Allah menurunkan kitab-kitab-Nya pada bulan ini. Begitu pula Al-Qur’an, telah diturunkan seluruhnya dari Lauh Mahfudz ke langit dunia pada bulan ramadhan, kemudian dari sanalah diturunkan sedikit demi sedikit sesuai dengan kejadian yang ada dalam waktu 23 tahun. Selain itu, Shahifah Nabi Ibrahim diturunkan pada tanggal 3 ramadhan, Nabi Dawud As. mendapatkan kitab Zabur pada tanggal 12 atau 18 ramadhan, Nabi Musa As. diberi kitab Taurat pada tanggal 6 ramadhan, dan Nabi Isa As. mendapat Injil pada tanggal 12 atau 13 ramadhan.

Inilah yang membuat bulan Ramadhan mempunyai hubungan erat dengan firman Allah Swt., sehingga banyak riwayat yang menekankan tentang pentingnya membaca Al-Quran di bulan ini, dan yang demikian merupakan amalan para shalihin. Jibril As. dan Rasulullah Saw. biasa saling memperdengarkan dan mendengarkan seluruh isi Al-Quran pada bulan ini. Iman az-Zuhri pernah berkata, “Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca Al-Quran.”

Kesibukan Imam Malik di bulan ramadhan adalah membaca Al-Quran, bukan berceramah dan memberikan fatwa. Imam Syafi’i membaca Al-Quran 60 kali khatam di bulan ini. Rumah para sahabat Ra. dan tabi’in – di bulan ramadhan – terdengar bacaan Al-Quran, seorang pujangga mengibaratkannya “seperti dengungan lebah”, dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, hendaklah sedapat mungkin bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Quran. Apabila bulan sebelumnya hanya mampu membaca separuh juz, alangkah baiknya ditingkatkan menjadi satu juz. Yang penting adalah adanya peningkatan dan kesungguhan dalam membaca Al-Quran pada bulan ini.

Kebiasaan Kelima, memperbanyak doa dan dzikir.
Inilah bulan dimana doa-doa kita tidak ditolak-Nya. Dalam kitab Durrul Mantsur ada sebuah riwayat dari Aisyah Ra. bahwa apabila ramadhan tiba, berubahlah wajah Rasulullah Saw.. Beliau akan menambah shalatnya, lebih merendahkan diri dalam doa-doanya, dan lebih nampak rasa takutnya kepada Allah Swt.. Dalam satu riwayat diberitahukan bahwa di bulan ramadhan Allah Swt. memerintahkan para malaikat pemikul Arsy, “Tinggalkanlah ibadah kalian masing-masing dan amin-kanlah doa orang yang berpuasa.”

Kebiasaan Keenammemperbanyak membaca kalimat Thayyibah, Istighfar, dan memohon kepada Allah untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka.
Rasulullah Saw. bersabda, “Perbanyaklah di bulan ini empat perkara. Dua perkara dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan yang dua lagi kamu pasti memerlukannya. Dua perkara yang mendatangkan keridhaan Allah yaitu, hendaknya kalian membaca kalimat thayyibah dan istighfar sebanyak-banyaknya. Dan dua perkara yang kita pasti memerlukannya, yaitu hendaknya kamu memohon kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka Jahanam.” (HR. Ibnu Khuzaimah).

Kalimat thayyibah (lailahaillallah) dan istighfar memiliki banyak sekali keutamaan. Jika dibaca dibulan yang lain memiliki keutamaan, apalagi dibaca dibulan Ramadhan, tentu keutamaannya jauh lebih banyak. Oleh karena itu, mari kita memperbanyak membacanya! Rasulullah Saw. bersabda, “Dzikir yang paling utama adalah la ilahaillallah…” Rasulullah Saw. juga bersabda, “Barangsiapa beristighfar dengan sebanyak-banyaknya, Allah akan membuka jalan keluar dari segala kesempitan dan membebaskannya dari segala kesedihan, dan dia memperoleh rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

Kebiasaan Ketujuhi’tikaf.
I’tikaf adalah puncak ibadah di bulan Ramadhan. Dan I’tikaf adalah tetap tinggal di masjidtaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan menjauhkan diri dari segala aktifitas keduniaan. Dan inilah sunnah yang selalu dilakukan Rasulullah pada bulan Ramadhan, disebutkan dalam hadits dari Aisyah Ra. berkata, “Rasulullah Saw.ketika memasuki sepuluh hari terakhir menghidupkan malam harinya, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya.” (HR. Muslim).

Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan, “Rasulullah Saw. bersungguh-sungguh dalam sepuluh (hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.”
Sedangkan dalam hadits Bukhari dikatakan, “Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah Saw. mengencangkan kainnya menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”

Dalam riwayat Thabrani dari Ali bin Abi Thalib Ra. disebutkan, “Bahwasanya Rasulullah Saw. membangunkan keluarganya pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua yang mampu melakukan shalat.”

Demikianlah tujuh kebiasaan Rasulullah yang dilakukan dibulan Ramadhan. Mudah-mudahan dengan menjalankan kebiasaan-kebiasaan itu, Allah limpahkan rahmatnya kepada kita.Rasulullah Saw. bersabda, “Telah datang kepadamu bulan ramadhan, dimana Allah melimpahkan keberkahan, menurunkan rahmat dan mengampuni dosa-dosamu, menerima doa-doamu, melihat atas perlombaanmu (dalam kebaikan) dan membanggakanmu di hadapan para malaikat. Maka tunjukkanlah kepada Allah Swt. kebaikanmu. Sesungguhnya orang yang celaka adalah dia yang terhalang dari rahmat Allah pada bulan ini.” (HR. Thabrani). 


Cara Rasulullah Sambut Ramadhan

Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA

Adalah Rasul SAW yang mempersiapkan diri betul menyambut kedatangan setiap bulan Ramadhan.

Persiapan Rasul tersebut bukan hanya bersifat jasmani, melainkan paduan jasmani dan rohani mengingat puasa sebagaimana ibadah yang lain adalah paduan ibadah jasmani dan rohani, di samping ibadah yang paling berat di antara ibadah wajib (fardu) lainnya.

Oleh sebab itu, ia disyariatkan paling akhir di antara ibadah wajib lainnya. Persiapan jasmani tersebut dilakukan oleh Rasul SAW melalui puasa Senin-Kamis dan puasa hari-hari putih (tanggal 13,14 dan 15) setiap bulan sejak bulan syawal hingga Sya’ban.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa puasa Senin dan Kamis. Dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasul, engkau senantiasa puasa Senin dan Kamis.”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya pada setiap hari Senin dan Kamis Allah SWT mengampuni dosa setiap Muslim, kecuali dua orang yang bermusuhan. Allah berfirman, ‘Tangguhkanlah keduanya sampai keduanya berdamai’.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam kaitannya dengan puasa tiga hari setiap bulan, Rasul SAW bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari RA, “Wahai Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa setiap bulan, maka puasalah tanggal 13,14 dan 15.” (HR. Tirmidzi).

Sedangkan persiapan rohani dilakukan oleh Rasul SAW melalui pembiasaan shalat tahajud setiap malam serta zikir setiap waktu dan kesempatan. Bahkan, shalat tahajud yang hukumnya sunah bagi kaum Muslimin menjadi wajib bagi pribadi Rasul SAW.

Diriwayatkan oleh Aisyah RA yang bertanya kepada Rasul SAW mengenai pembiasaan ssalat tahajud, padahal dosa-dosa beliau telah diampuni oleh Allah SWT, Rasul SAW menjawab dengan nada yang sangat indah, “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?”

Memasuki bulan Sya’ban, Rasul SAW meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah puasa, qiyamul lail, zikir dan amal salehnya. Peningkatan tersebut dikarenakan semakin dekatnya bulan Ramadhan yang akan menjadi puncak aktifitas kesalehan dan spiritualitas seorang Muslim.

Jika biasanya dalam sebulan Rasul SAW berpuasa rata-rata 11 hari, maka di bulan Sya’ban ini beliau berpuasa hampir sebulan penuh. Dikisahkan oleh Aisyah RA bahwasanya, “Rasulullah banyak berpuasa (di bulan Sya’ban) sehingga kita mengatakan, beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim).

Dalam riwayat Usama bin Zayed RA dikatakan, “Aku bertanya kepada Rasul, ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Sya’ban?’ Beliau menjawab, ‘Sya’ban adalah bulan yang dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal manusia diangkat (ke langit) oleh Allah SWT dan aku menyukai pada saat amal diangkat aku dalam keadaan berpuasa’.” (HR. An-Nasa’i).

Sya’ban adalah bulan penutup rangkaian puasa sunah bagi Rasulullah SAW sebelum berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Jika Rasul telah mempersiapkan penyambutan Ramadhan dengan berpuasa minimal 11 hari di luar Sya’ban dan 20-an hari di bulan Sya’ban, berarti untuk menyambut Ramadhan Rasulullah SAW telah berpuasa paling sedikitnya 130 hari atau sepertiga lebih dari jumlah hari dalam setahun.

Maka, hanya persiapan yang baiklah yang akan mendapat hasil yang baik, dan demikian pula sebaliknya. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita untuk mempersiapkan diri di bulan Sya’ban sehingga memperoleh hasil yang maksimal di akhir Ramadhan.


Berpisah dengan Ramadhan

Tangis Perpisahan para Pecinta Ramadhan
“Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya.”
Waktu terus bergulir dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu.... Rasanya baru kemarin kita begitu bersemangat mempersiapkan diri untuk memasuki bulan Ramadhan, bulan tarbiyah, bulan latihan, bulan Quran, bulan maghfirah, bulan yang penuh berkah. Namun beberapa saat lagi, Ramadhan akan meninggalkan kita, padahal kita belum optimal melaksanakan qiyamul lail kita, belum optimal membaca Al-Quran serta belum optimal melaksanakan ibadah-ibadah lain, target-target yang kita pasang belum semuanya terlaksana. Dan kita tidak akan pernah tahu apakah kita masih dapat berjumpa dengan Ramadhan berikutnya.

Bagi para salafush shalih, setiap bulan Ramadhan pergi meninggalkan mereka, mereka selalu meneteskan air mata. Di lisan mereka terucap sebuah doa yang merupakan ungkapan kerinduan akan datangnya kembali bulan Ramadhan menghampiri diri mereka.

Orang-orang zaman dahulu, dengan berlalunya bulan Ramadhan, hati mereka mejadi sedih. Maka, tidak mengherankan bila pada malam-malam terakhir Ramadhan, pada masa Rasulullah SAW, Masjid Nabawi penuh sesak dengan orang-orang yang beri’tikaf. Dan di sela-sela i’tikafnya, mereka terkadang menangis terisak-isak, karena Ramadhan akan segera berlalu meninggalkan mereka.

Ada satu riwayat yang mengisahkan bahwa kesedihan ini tidak saja dialami manusia, tapi juga  para malaikat dan makhluk-makhluk Allah lainnya.

Dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Di malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi umatku.”

Kemudian ada seorang sahabat bertanya, “Apakah musibah itu, ya Rasulullah?”

“Dalam bulan itu segala doa mustajab, sedekah makbul, segala kebajikan digandakan pahalanya, dan siksaan kubur terkecuali, maka apakah musibah yang terlebih besar apabila semuanya itu sudah berlalu?”
Ketika mereka memasuki detik-detik akhir penghujung Ramadhan, air mata mereka menetes. Hati mereka sedih.

Betapa tidak. Bulan yang penuh keberkahan dan keridhaan Allah itu akan segera pergi meninggalkan mereka. Bulan ketika orang-orang berpuasa dan menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah. Bulan yang Allah bukakan pintu-pintu surga, Dia tutup pintu-pintu neraka, dan Dia belenggu setan. Bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Bulan ketika napas-napas orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada minyak kesturi. Bulan ketika Allah setiap malamnya membebaskan ratusan ribu orang yang harus masuk neraka. Bulan ketika Allah menjadikannya sebagai penghubung antara orang-orang berdosa yang bertaubat dan Allah Ta’ala.

Mereka menangis karena merasa belum banyak mengambil manfaat dari Ramadhan. Mereka sedih karena khawatir amalan-amalan mereka tidak diterima dan dosa-dosa mereka belum dihapuskan. Mereka berduka karena boleh jadi mereka tidak akan bertemu lagi bulan Ramadhan yang akan datang.

Suatu hari, pada sebuah shalat ‘Idul Fithri, Umar bin Abdul Aziz berkata dalam khutbahnya, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa karena Allah selama tiga puluh hari, berdiri melakukan shalat selama tiga puluh hari pula, dan pada hari ini kalian keluar seraya memohon kepada Allah agar menerima amalan tersebut.”

Salah seorang di antara jama’ah terlihat sedih.

Seseorang kemudian bertanya kepadanya, “Sesungguhnya hari ini adalah hari bersuka ria dan bersenang-senang. Kenapa engkau malah bermuram durja? Ada apa gerangan?”

“Ucapanmu benar, wahai sahabatku,” kata orang tesrebut. “Akan tetapi, aku hanyalah hamba yang diperintahkan oleh Rabb-ku untuk mempersembahkan suatu amalan kepada-Nya. Sungguh aku tidak tahu apakah amalanku diterima atau tidak.”

Kekhawatiran serupa juga pernah menimpa para sahabat Rasulullah SAW. Di antaranya Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Diriwayatkan, di penghujung Ramadhan, Sayyidina Ali bergumam, “Aduhai, andai aku tahu siapakah gerangan yang diterima amalannya agar aku dapat memberi ucapan selamat kepadanya, dan siapakah gerangan yang ditolak amalannya agar aku dapat ‘melayatnya’.”

Ucapan Sayyidina Ali RA ini mirip dengan ucapan Abdullah bin Mas’ud RA, “Siapakah gerangan di antara kita yang diterima amalannya untuk kita beri ucapan selamat, dan siapakah gerangan di antara kita yang ditolak amalannya untuk kita ‘layati’. Wahai orang yang diterima amalannya, berbahagialah engkau. Dan wahai orang yang ditolak amalannya, keperkasaan Allah adalah musibah bagimu.”

Imam Mu'alla bin Al-Fadhl RA berkata, "Dahulu para ulama senantiasa berdoa kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar diterima amal ibadah mereka (selama Ramadhan)."

Wajar saja, sebab, tidak ada yang bisa menjamin bahwa tahun depan kita akan kembali berjumpa dengan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah ini. Karenanya, beruntung dan berbahagialah kita saat berpisah dengan Ramadhan membawa segudang pahala untuk bekal di akhirat.

Jika kita merenungi kondisi salafush shalih dan meneliti bagaimana mereka menghabiskan waktu-waktu mereka di bulan Ramadhan, bagaimana mereka memakmurkannya dengan amal shalih, niscaya kita mengetahui jauhnya jarak di antara kita dan mereka.

Bagaimana dengan kita? Adakah kesedihan itu hadir di hati kita di kala Ramadhan meninggalkan kita? Atau malah sebaliknya, karena begitu bergembiranya menyambut kedatangan Hari Raya ‘Idul Fithri, sampai-sampai di sepuluh hari terakhir, yang seharunya kita semakin giat melaksanakan amalan-amalan ibadah, kita malah disibukkan dengan belanja, membeli baju Lebaran, disibukkan memasak, membuat kue, dan lain-lain.

Padahal di sisi lain, masih banyak orang di sekitar kita yang berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi untuk berbuka hari ini, bukan untuk besok, apalagi untuk pesta pora di hari Lebaran.

Tapi apakah salah bila kita menyongsong Hari Raya ‘Idul Fithri dengan kegembiraan? Tentu saja tidak. Bukankah Rasulullah SAW telah mengatakan, “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum mempunyai hari raya, dan sesungguhnya hari ini adalah hari raya kita.” (HR Nasa’i).

Lebarannya Rasulullah SAW

Idul Fithri adalah anugerah Allah kepada umat Nabi Muhammad, tak salah bila disambut dengan suka cita. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Annas RA. “Rasulullah SAW datang, dan penduduk Madinah memiliki dua hari, mereka gunakan dua hari itu untuk bermain di masa Jahiliyah. Lalu beliau berkata, ‘Aku telah mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari yang kalian gunakan untuk bermain di masa Jahiliyah. Sungguh Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari yang lebih baik dari itu, yaitu hari Nahr (‘Idul Adha) dan hari Fithr (‘Idul Fithri)’.” 

Hanya saja dalam kegembiraan ini jangan sampai berlebih-lebihan, baik itu dalam berpakaian, berdandan, makan, tertawa. Dan di malam Hari Raya ‘Idul Fithri pun, kita hendaknya tidak terlarut dalam kegembiraan sehingga kita lupa untuk menghidupkan malam kita dengan qiyamul lail. Bukankan kita sudah dilatih untuk menghidupkan malam-malam kita dengan Tarawih selama bulan Ramadhan? Dan Rasulullah SAW pun bersabda, dari Abu Umamah RA, “Barang siapa melaksanakan qiyamul lail pada dua malam ‘Id (‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha) dengan ikhlas karena Allah SWT, hatinya tidak akan pernah mati di hari matinya hati-hati manusia’." (HR Ibnu Majah).

Marilah kita lihat bagaimana Rasulullah SAW menyambut Lebaran dengan keriangan yang bersahaja.
Pagi itu, tepatnya 1 Syawwal, Rasulullah SAW keluar dari tempat i’tikafnya, Masjid Nabawi. Beliau bergegas mempersiapkan diri untuk berkumpul bersama umatnya, melaksanakan salat ‘Id. Nabi juga menyuruh semua kaum muslimin, dewasa, anak-anak, laki-laki, dan perempuan, baik perempuan yang suci maupun yang haid, keluar bersama menuju tempat shalat, supaya mendapat keberkahan pada hari suci tersebut.

Menurut hadits Ummu ‘Athiyyah, “Kami diperintahkan untuk mengeluarkan semua gadis dan wanita, termasuk yang haid, pada kedua hari raya, agar mereka dapat menyaksikan kebaikan hari itu, juga mendapat doa dari kaum muslimin. Hanya saja wanita-wanita yang haid diharapkan menjauhi tempat shalat.” (HR Bukhari-Muslim).

Dikatakan oleh Ibnu Abbas, “Rasulullah SAW keluar dengan seluruh istri dan anak-anak perempuannya pada waktu dua hari raya.” (HR Baihaqi dan Ibnu Majah).

Ibnu Abbas dalam hadits yang diriwayatkannya menuturkan, “Saya ikut pergi bersama Rasulullah SAW (waktu itu Ibnu Abbas masih kecil), menghadiri Hari Raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, kemudian beliau shalat dan berkhutbah. Dan setelah itu mengunjungi tempat kaum wanita, lalu mengajar dan menasihati mereka serta menyuruh mereka agar mengeluarkan sedekah.”

Sebelum melaksanakan salat ‘Id, terlebih dahulu Rasulullah membersihkan diri. Lalu beliau berdoa, “Ya Allah, sucikanlah hati kami sebagaimana Engkau sucikan badan kami, sucikanlah bathin kami sebagaimana Engkau telah menyucikan lahir kami, sucikanlah apa yang tersembunyi dari orang lain sebagaimana Engkau telah menyucikan apa yang tampak dari kami.”

Ada juga riwayat yang mengatakan, Rasulullah, setelah mandi, memakai parfum. Anas bin Malik berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan kita di dua hari raya mengenakan pakaian terbagus yang kita miliki, menggunakan parfum terbaik yang kita miliki, dan berqurban (bersedekah) dengan apa saja yang paling bernilai yang kita miliki.” (HR Al-Hakim, dan sanadnya baik).

Imam Syafi’i dengan sanad yang juga baik meriwayatkan, Rasulullah SAW mengenakan kain burdah (jubah) yang bagus pada setiap hari raya. Pakain terbagus dalam hal ini bukan berarti baru dibeli, tetapi terbagus dari yang dimiliki. Lebih khusus lagi Imam Syafi’i dan Baghawi meriwayatkan, Nabi SAW memakai pakaian buatan Yaman yang indah pada setiap hari raya (Pakaian buatan Yaman merupakan standar keindahan busana saat itu).

Pada hari istimewa itu, beliau mengenakan hullah, pakaiannya yang terbaik yang biasa beliau kenakan setiap hari raya dan hari Jum’at. Ini merupakan tanda syukur kepada Allah, yang telah memberikan nikmat-Nya.

Kemudian, beliau mengambil beberapa butir kurma untuk dimakan. Kurma yang dimakan biasanya jumlahnya ganjil, seperti satu, tiga, dan berikutnya. Ini pertanda, hari itu umat Islam menghentikan puasanya.

Sepanjang perjalanan dari rumah menuju tempat salat ‘Id, Rasulullah tak henti-hentinya mengumandangkan takbir dengan khidmat. “Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamdu.”

Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha di tanah lapang, seperti disebutkan di dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim. Beliau baru melaksanakan salat ‘Id di masjid kalau hari hujan. Menurut ahli fiqih, tempat salat ‘Id yang sering digunakan Rasulullah dan para sahabat itu terletak di sebuah lapangan di pintu timur kota Madinah.

Rasulullah melaksanakan salat ‘Idul Fithri agak siang. Ini untuk memberi kesempatan kepada para sahabat membayar zakat fithrah mereka. Sementara salat ‘Idul Adha dilakukan lebih awal, agar kaum muslimin bisa menyembelih hewan qurban mereka.

Jundab RA berkata, “Rasulullah SAW shalat ‘Idul Fitri dengan kami ketika matahari setinggi dua tombak, dan shalat ‘Idul Adha dengan kami ketika matahari setinggi satu tombak.”

Rasulullah melaksanakan salat ‘Idul Fithri dua rakaat tanpa adzan dan iqamat. Pada rakaat pertama, beliau bertakbir tujuh kali dengan takbiratul ihram dan kaum muslimin di belakangnya bertakbir seperti takbirnya. Kemudian membaca surah Al-Fatihah dan surah lainnya dengan keras.

Pada rakaat kedua, beliau takbir qiyam (berdiri dari sujud) kemudian bertakbir lima kali, kemudian membaca Al-Fatihah, disambung dengan surah lainnya.

Namun ada juga sahabat yang tertinggal shalatnya. Maka misalnya dia hanya mendapat tasyahhud, setelah imam salam dia shalat dua rakaat. Jadi dia shalat dua rakaat, sebagaimana dia ketinggalan dua rakaat dari imam.

Lalu bagaimana dengan orang yang ketinggal shalat hari raya? Menurut Ibnu Mas’ud, “Barang siapa tertinggal shalat hari raya, hendaklah dia shalat empat rakaat sendiri.”

Abu Said Al-Khudri RA berkata, “Rasulullah SAW selalu keluar pada Hari Raya Haji dan Hari Raya Puasa. Beliau memulai dengan shalat. Setelah selesai shalat dan memberi salam, Baginda berdiri menghadap kaum muslimin yang masih duduk di tempat shalatnya masing-masing. Jika mempunyai keperluan yang mesti disampaikan, akan beliau tuturkan hal itu kepada kaum muslimin. Atau ada keperluan lain, maka beliau memerintahkannya kepada kaum muslimin. Beliau pernah bersabda (dalam salah satu khutbahnya di hari raya), ‘Bersedekahlah kalian! Bersedekahlah! Bersedekahlah!’ Dan ternyata kebanyakan yang memberikan sedekah adalah kaum wanita.” (HR Bukhari dan Muslim).

Ketika berangkat untuk melakukan salat ‘Id, Rasulullah selalu melewati jalan yang berbeda ketika pulangnya. Ini memudahkan para sahabat yang hendak menemui beliau untuk mengucapkan selamat hari raya, sekaligus menunjukkan kepada kaum kafir bahwa inilah umat Islam, yang keluar menuju Allah, dan kembali kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, dan berjalan di muka bumi ini agar memperoleh keridhaan-Nya.

Saling Bermaafan

Saat bertemu satu sama lain, kaum muslimin saling bermaafan, seraya saling mendoakan. Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Khalid bin Ma’dan RA mengatakan, “Aku menemui Watsilah bin Al-Asqa’ pada hari ‘Id, lalu aku mengatakan, ‘Taqabbalallah minna wa minka (Semoga Allah menerima amal ibadahku dan amal ibadahmu).’

Lalu ia menjawab, ‘Taqabbalallah minna wa minka’.

Kemudian Watsilah berkata, ‘Aku menemui Rasulullah SAW pada hari ‘Id, lalu aku mengucapkan: Taqabbalallah minna wa minka.

Lalu Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, taqabbalallah minna wa minka’.” (HR Baihaqi).

Selanjutnya, di masa sahabat, ucapan ini agak berubah sedikit. Jika sebagian sahabat bertemu dengan sebagian yang lain, mereka berkata, “Taqabballahu minna wa minkum (Semoga Allah menerima amal ibadahku dan amal ibadah kalian).” (HR Ahmad dengan sanad yang baik).

Pada hari raya, Rasulullah mempersilakan para sahabat untuk bergembira. Seperti mengadakan pertunjukan tari dan musik, makan dan minum, serta hiburan lainnya. Namun semua kegembiraan itu tidak dilakukan secara berlebihan atau melanggar batas keharaman. Karena, hari itu adalah hari-hari makan, minum, dan dzikir kepada Allah Azza wa Jalla (HR Muslim).

Aisyah RA menceritakan, “Di Hari Raya ‘Idul Fithri, Rasulullah masuk ke rumahku. Ketika itu, di sampingku ada dua orang tetangga yang sedang bernyanyi dengan nyanyian bu’ats (bagian dari nyayian pada hari-hari besar bangsa Arab ketika terjadi perselisihan antara Kabilah Aush dan Khazraj sebelum masuk Islam). Kemudian Rasulullah berbaring sambil memalingkan mukanya.

Tidak lama setelah itu Abu Bakar masuk, lalu berkata, ‘Kenapa membiarkan nyanyian setan berada di samping Rasulullah?’

Mendengar hal itu, Rasulullah menengok kepada Abu Bakar seraya berkata, ‘Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita’.” (HR Bukhari dan Muslim).

Ada juga riwayat dari Imam Bukhari yang menceritakan, “Rasulullah SAW masuk ke tempatku (Aisyah), kebetulan di sana ada dua orang sahaya sedang menyanyikan syair-syair Perang Bu’ats (Bu’ats adalah nama benteng kepunyaan suku Aus; sedang hari Bu’ats ialah suatu hari yang terkenal di kalangan Arab, waktu terjadi pertempuran besar di antara suku Aus dan Khazraj). Beliau terus masuk dan berbaring di ranjang sambil memalingkan kepalanya.

Tiba-tiba masuk pula Abu Bakar dan membentakku seraya berkata, ‘(Mengapa mereka) mengadakan seruling setan di hadapan Nabi?’

Maka Nabi pun berpaling kepadanya, beliau berkata, ‘Biarkanlah mereka.’

Kemudian setelah beliau terlena, aku pun memberi isyarat kepada mereka supaya keluar, dan mereka pun pergi.

Dan waktu hari raya itu banyak orang Sudan mengadakan permainan senjata dan perisai. Adakalanya aku meminta kepada Nabi SAW untuk melihat, dan adakalanya pula beliau sendiri yang menawarkan, ‘Inginkah kau melihatnya?’

Aku jawab, ‘Ya.’

Maka disuruhnya aku berdiri di belakangnya, hingga kedua pipi kami bersentuhan, lalu sabdanya, ‘Teruskan, hai Bani ‘Arfadah!’

Demikianlah sampai aku merasa bosan.

Maka beliau bertanya, ‘Cukupkah?’

Aku jawab, ‘Cukup.’

‘Kalau begitu, pergilah!’ kata beliau.”

Hakikat Kemenangan

Demikianlah, Ramadhan telah melewati kita. Tapi kebaikan-kebaikan lain tetap mesti dipertahakan.
Puasa Ramadhan memang telah berakhir, tapi puasa-puasa sunnah, misalnya, tidaklah berakhir, tetap menanti kita. Seperti puasa enam hari di bulan Syawwal, puasa Senin-Kamis, puasa tiga hari dalam sebulan (ayyaamul bidh, tanggal 13, 14, dan 15 tiap bulan), puasa Asyura' (tanggal 10 Muharram), puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), dan lain-lain.

Tarawih memang telah berlalu, tapi Tahajjud, misalnya, tetap menanti kita. Juga bermunajat di tengah malam, yang merupakan kebiasaan orang-orang shalih. Abu Sulaiman Ad-Daaraani rahimahullah berkata, "Seandainya tidak ada malam, niscaya aku tidak ingin hidup di dunia."

Zakat fithrah memang telah berlalu, tapi zakat wajib dan pintu sedekah masih terbuka lebar pada waktu-waktu yang lain.

Karenanya, memasuki ‘Idul Fithri, yang berarti jiwa kita menjadi fithri (suci), “tampilan” kita harus lebih Islami. Baik tujuan, orientasi, motivasi, fikrah (pemikiran), akhlaq, moral, perilaku, interaksi, kebijakan, aktivitas, kiprah, peran, maupun yang lainnya. Individu, rumah tangga, ataupun sosial. Rakyat, ataupun pejabat. Ini merupakan indikator diterimanya puasa Ramadhan kita. Karena jika Allah SWT menerima amal seseorang, Dia akan menolongnya untuk mengadakan perubahan diri ke arah yang lebih positif dan meningkatkan amal kebajikan.

Seorang penyair Arab mengingatkan dalam sya'irya:

Bukanlah Hari Raya ‘Id itu
bagi orang yang berbaju baru
Melainkan hakikat ‘Id itu
bagi orang yang bertambah ta'atnya


Semoga dengan latihan yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan ini, kita disampaikan Allah kepada ketaqwaan. Semoga ketaqwaan ini dapat kita terus pertahankan dan kita jadikan sebagai pakaian kita sehari-hari. Dan semoga kita masih dapat dipertemukan Allah dengan Ramadhan berikutnya.
Taqabbalallahu minna waminkum, wakullu 'aamin wa antum bikhairin.


Doa Perpisahan Melepas Bulan Ramadhan

Salah satu adab melepas bulan Ramadhan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para pengikutnya adalah membacakan Doa Perpisahan.
Doa Perpisahan tersebut sebaiknya dibaca pada malam terakhir Ramadhan. Namun, sekiranya ada kekhawatiran malam terakhir Ramadhan akan berlalu tanpa diketahui, maka dianjurkan untuk membacanya pada kedua malam terakhir Ramadhan, yaitu malam ke 29 (malam ini) dan ke 30.
Berikut saya bagikan beberapa alternatif doa perpisahaan tersebut dalam versi Bahasa Indonesia (dapat dipilih salah satu atau dibaca semuanya):
Doa 1
Dari Jabir bin Abdillah ra dari Muhammad al Mustafa SAW: Beliau bersabda, Siapa yang membaca doa ini di malam terakhir Ramadhan, ia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: menjumpai Ramadhan mendatang atau pengampunan dan rakhmat Allah.
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidupku. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang dirakhmati bukan yang hampa semata
Doa 2
Ya Allah, dalam kitab yang Kau wahyukan (kepada Nabi Muhammad SAW), Engkau berfirman: Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkannya Al Quran di dalamnya. Tetapi sebentar lagi berlalu. Aku mohonkan padaMu dengan perantaraan WajahMu yang mulia, dengan perantaraan kalimat-kalimatMu yang sempurna, seandainya masih tersisa padaku dosa yang belum Kau ampuni, atau dosa yang (menyebabkan) aku disiksa karenanya (hingga) terbitnya fajar malam ini, atau hingga berlalunya bulan ini, maka ampunilah semuanya, wahai Dzat Yang Paling Pengasih dari semua yang mengasihi.
Ya Allah, bagiMu segala pujian. Segala pujian yang telah Kau ucapkan untuk diriMu sendiri, segala pujian sungguh-sungguh yang diungkapkan hambaMu yang bijak dan senantiasa berzikir dan bersyukur kepadaMu. Merekalah orang-orang yang telah Kau bantu menunaikan hak-hakMu dari sebagian makhlukMu yang tersebar di alam ini, baik dari kalangan malaikat yang dekat denganMu ataupun nabi-nabi yang telah Engkau utus ataupun orang-orang yang berfikir ataupun dari kalangan mereka yang bertasbih kepadaMu.
Sungguh, Engkau telah mengantar kami ke bulan Ramadhan ini dan telah mengaruniai kami kenikmatan dan anugerah. Engkau telah menampakkan kemurahan dan pemberianMu. Karenanya, padaMu bermuara segala sanjungan yang abadi, kekal, dan menetap selamanya. Betapa agung sebutanMu.
Tuhanku, bantulah aku menjalani bulan Ramadhan sehingga Engkau sempurnakan puasa, shalat dan segala kebaikan, syukur dan dzikir kami di bulan ini. Oh Tuhanku, terimalah puasaku dengan sebaik-baiknya penerimaan, perkenanan, maaf, kemurahan, pengampunan, dan hakikat keridaanMu. Sehingga Kau memenangkan aku dengan segala kebaikan yang dituntut, segala anugerah yang Kau curahkan di bulan ini. Selamatkanlah aku di dalamnya dari kekhawatiran terhadap bencana yang mengancam atau dosa yang berlangsung terus.
Duhai Tuhanku, aku bermohon padaMu dengan keagungan yang diminta hambaMu dari kemuliaan nama-nama dan keindahan pujianMu dan dari para pengharap yang istimewa. Sudilah Engkau mencurahkan rakhmatMu kepada Muhammad dan keluarganya. Dan agar Kau jadikan bulan ini seagung-agungnya Ramadhan, yang telah berlalu dari kami sejak Engkau turunkan ke dunia, sebagai berkah dalam menjaga agama, jiwa dan segala kebutuhanku. Juga berkatilah aku dalam semua persoalan, sempurnakanlah pemberian nikmatMu, palingkanlah aku dari keburukan dan hiasi aku dengan busana kesucian di bulan ini.
Demikian pula, dengan rakhmatMu golongkanlah aku ke dalam orang-orang yang mendapatkan (keutamaan) malam al-Qadar. Malam yang telah Kau tetapkan lebih baik dari seribu bulan dalam keagungan ganjaran, kemuliaan perbendaharaan, keindahan syukur, panjang umur, dan kemudahannya yang berlanjut.
Oh Tuhanku, aku bermohon dengan perantaraan rakhmat, kebaikan, ampunan, karunia, keluhuran, kebaikan, dan pemberianMu. Janganlah Engkau jadikan Ramadhan ini sebagai kesempatan terakhirku. Sudilah Engkau mengantar aku hingga Ramadhan berikutnya dalam keadaan yang paling baik. Perlihatkan aku hilal Ramadhan berikutnya, bersama orang-orang yang melihat keleluasaan rakhmatMu. Dan limpahkanlah anugerahMu, wahai Tuhanku. Tiada ada Tuhan selain Allah.
Semoga perpisahanku dengan bulan Ramadhan ini bukanlah perpisahan untuk selamanya dan bukan pula akhir pertemuanku. Sehingga aku dapat kembali bertemu pada tahun mendatang dalam keadaan penuh keluasan rezaki dan keutamaan harapan. Kini aku berada di hadapanMu dengan penuh kesetiaan. Sesungguhnya Engkay Maha Mendengar segala doa. Ya Allah, dengarkanlah pengaduanku ini. Perhatikanlah rintihan, kerendahan, kepapaan dan penyerahan diriku ini.
Aku berserah diri padaMu, Tuhanku. Aku tidak mengharapkan kemenangan, ampunan, kemuliaan, dan penyampaian (kepada cita-citaku) kecuali padaMu. Anugerahilah aku keagungan pujianMu, kesucian nama-namaMu, dan kesampaianku kepada Ramadhan berikutnya dalam keadaan terbebas dari semua keburukan, kekhawatiran dan ganjalan. Segala puji untukMu semata, yang telah membantu kami untuk menunaikan puasa dan mendirikan qiyamul lail di bulan Ramadhan ini, hingga malamnya yang terakhir.
Temans, Seorang penyair Arab pernah mengingatkan dalam syairnya,
Bukanlah hari raya Id itu bagi orang yang berbaju baru, melainkan hakekat Id itu bagi orang yang bertambah taatnya (kepada Allah swt.).
Taqabbalallahu minna waminkum, wakullu aamin wa antum bikhairin.
Selamat Hari Raya Idul Fitri, Minal Aidzin wal Faidzin
Mohon maaf lahir dan batin, met mudik bagi yang mudik ya
Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah klta di bulan Ramadhan. Amin …
http://msalman.blogdetik.com/2008/09/26/doa-perpisahan-melepas-bulan-ramadhan/