Perangkat lunak atau software adalah program komputer yang memungkinkan sebuah
komputer dapat melakukan sebuah tugas tertentu. Software merupakan nyawa dari sebuah
komputer. Pada bab yang lalu, kamu telah mempelajari tentang macam-macam
perangkat keras komputer. Perangkat keras dapat dengan mudah kamu lihat tanpa
menyentuh komputer tersebut. Sedangkan perangkat lunak tidak dapat kamu lihat
apabila kamu tidak menghidupkan atau mengoperasikannya terlebih dahulu.
B.JENIS-JENIS PERANGKAT LUNAK
Sebagai kebalikan dari perangkat keras, software terdiri atas kumpulan
instruksi dan data yang disimpan dalam memori komputer. Pada dasarnya,
perangkat lunak dapat dikelompokkan menjadi dua jenis seperti berikut. Secara umum, software dapat dibagi menjadi
beberapa macam, yaitu sistem operasi, alat bantu (utility), program paket, dan bahasa
pemrograman.
a. Sistem Operasi
Sistem Operasi (Operating System) merupakan program komputer
yang dibuat untuk mengendalikan kerja komputer secara mendasar. Tanpa sistem
operasi, komputer tidak dapat digunakan. Sistem operasi merupakan software yang berkomunikasi langsung
dengan hardware, seperti mengatur kerja
dari inputdevice, kerja CPU, juga mengatur
kerja media output device.
Berikut ini beberapa sistem
operasi dan perkembangannya.
1)PC DOS (Personal Computer
Disk Operating System)
Sebelum sistem operasi windows muncul di pasaran
software dunia, PC DOS merupakan system operasi yang dipakai saat itu. PC DOS
dibuat oleh Microsoft Coorporation untuk mesin IBM. IBM mengedarkan PC DOS
bersamaan dengan komputer yang dijualnya.
2)MS DOS (Microsoft Disk Operating System)
MS DOS merupakan perkembangan dari PC DOS. Pembuat MS DOS sama
dengan pembuat PC DOS.
3)UNIX
Sistem operasi ini dibuat dengan bahasa pemrograman C. Awal
mulanya, UNIX diperuntukkan bagi komputer-komputer besar. Dalam
perkembangannya, AT&T Bell Laboratory menjadikan UNIX agar dapat diinstal
di komputer personal (PC).
4)Microsoft Windows
Sistem operasi MS DOS mulai
ditinggalkan setelah Microsoft mengeluarkan sistem operasi Windows. Sistem
operasi ini sangat terkenal dan sangat familier bagi pemakainya. Sistem operasi Windows mulai
berkembang dengan pesat dikarenakan sistem operasi ini memberikan fasilitas
yang banyak bagi pemakainya.
Sistem operasi ini sudah berbasis grafis (GUI)
sehingga pengguna tidak harus mengetik banyak perintah. Pemakai cukup mengarahkan mouse pada gambar ikon perintah
yang telah disediakan.
5)LINUX
Sistem operasi ini merupakan pengembangan dari
sistem operasi UNIX. Sistem operasi ini dikembangkan oleh seorang mahasiswa
Finlandia, Linus Torvalds. Sistem operasi ini pada awalnya masih berbasiskan
teks, kemudian mulai menggunakan tampilan berbasis grafis (GUI). Sekarang,
sistem operasi LINUX banyak digunakan oleh pengguna komputer dikarenakan sistem
operasi ini free (bebas tanpa harus membeli software asli) dan bersifat open source (siapa saja boleh
menambahkan).
b. Utility (alat bantu)
Utility atau alat bantu merupakan perangkat lunak dengan
tugas mengerjakan pekerjaan minor dalam pengoperasian sistem, seperti
penghapusan program, penyalinan program, memeriksa perangkat keras (troubleshooting), mengatur ulang isi hard disk (defrag atau partisi),
pembakaran CD (menyalin data komputer di CD), atau penghilangan virus komputer.
Beberapa contoh utility adalah:
1)Norton Anti virus untuk penghilangan virus komputer,
2)Nero StartSmart untuk pembakaran CD,
3)Partition Magic untuk partisi hard disk, dan
4)Winzip untuk penyalinan dan kompresi file atau data.
c. Program Paket (Package
Program) atau Program Aplikasi
(application package)
Program paket atau sering disebut dengan istilah software aplikasi adalah
program-program yang dibuat oleh suatu perusahaan software untuk para pengguna komputer
yang beroperasi dalam bidang umum, seperti perusahaan asuransi, pertokoan,
perkantoran dan lain-lain. Program paket terbagi menjadi beberapa kelompok
antara lain software pengolah kata, pengolah angka, aplikasi grafis, publisher, basis data, CAD, dan
multimedia.
1)Software Pengolah Kata
(Word Processor)
Software pengolah kata ini banyak digunakan oleh
instansi-instansi, baik negeri maupun swasta. Fungsi utama software ini adalah untuk mengetik
surat, membuat brosur, dan mengetik dokumen lainnya. Dengan keberadaan software ini, banyak orang
meninggalkan mesin ketik manual karena mesin tersebut kurang efisien.
Contoh software pengolah kata adalah
• WordStar (WS),
• Word Prefect (WP),
• Word Pad,
• ChiWritter (CW),
• Notepad,
• Microsoft Word, dan
• Open Office, dan
sebagainya.
2)Software Pengolah Angka
(Spreadsheet)
Selain Software pengolah kata, software pengolah angka juga
sangat sering digunakan banyak instansi. Software ini berfungsi untuk mengolah angka, membuat
grafik, dan sebagainya. Dengan softwar ini, komputer akan berfungsi sebagai sebuah
kertas kerja yang dapat melakukan perhitungan secara otomatis.
Beberapa contoh software adalah
• Lotus 123,
• Quatro Pro,
• Lotus Symphony,
• Supercalc, dan
• Microsoft Excel.
3)Software Aplikasi Grafis
Software ini banyak digunakan oleh pengguna komputer yang
bergerak dibidang desain grafis, misalnya menggambar maupun mengolah foto.
Contoh software
yang termasuk dalam aplikasi
grafis, antara lain:
• Corel Draw,
• Freehand,
• Adobe Ilustrator,
• Photo Editor, dan
• Adobe Photoshop, dan
sebagainya.
4)Software Publisher
Instansi yang banyak menggunakan software ini adalah perusahaan yang
bergerak di bidang penerbitan, misalnya perusahaan surat kabar dan penerbit
buku dan majalah. Contoh software publisher adalah
• Microsoft Publisher,
• Adobe Pagemaker,
• Adobe in Design, dan
• Ventura publisher, dan
sebagainya.
5)Program Basis Data
(Database)
Software ini digunakan untuk mengolah data yang jumlahnya
banyak dan terdiri atas field dan record. Biasanya, software ini digunakan untuk perusahaan besar yang memiliki data yang
sangat banyak, misalnya data pegawai, data barang dan lain sebagainya. Contoh software yang merupakan program
basis data adalah
• dBase III plus,
• Microsoft Access,
• Foxbase, dan
• Fox pro, dan sebagainya.
6)CAD (Computer Aided Design)
Software ini merupakan software yang digunakan untuk melukis atau menggambar oleh
para dekorator dan arsitek. Beberapa contoh software CAD adalah
• Autocad,
• Pro Design, dan
• SAP 2000, dan sebagainya.
7)Software Multimedia
Software multimedia sering digunakan oleh para petinggi
perusahaan untuk presentasi dan digunakan oleh guru untuk membuat media
pembelajaran. Software ini menyediakan fasilitas animasi, suara, dan audio. Melalui software ini, kita dapat mendengarkan
music dan melihat film. Contoh software multimedia adalah
• Windows Media Player,
• Microsoft Powerpoint,
• Harvard graphics,
• Macromedia Dreamwaver, dan
• Flash MX, dan sebagainya.
d. Bahasa Pemrograman
Bahasa pemrograman merupakan software yang digunakan oleh para programmer (pemrogram) untuk membuat
program tertentu, misalnya program di sebuah bank, program di swalayan, program
penggajian, dan sebagainya. Contoh software yang termasuk dalam bahasa pem-rograman adalah
• Pascal,
• COBOL (Common Bussiness
Oriented
Language),
• Basic (Beginner
All-purpose Symbolic
Interchange Code),
• Visual Basic,
• Visual Foxpro,
• Java, dan
• Delphi, dan sebagainya.
e. routines (user program)
Routines (user program) adalah software yang
digunakan untuk menyiapkan system aplikasi tertentu, seperti penggajian,
pembayaran tagihan, dan keamanan. Contohnya antara lain: from tool, DacEasy
Accounting.
Ramadan (bahasa Arab:رمضان;
transliterasi: Ramadhan) adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah
(sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam
melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk di dalamnya berpuasa, salat
tarawih, peringatan turunnya Alquran, mencari malam Laylatul Qadar,
memperbanyak membaca Alquran dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat
fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri. Kekhususan bulan Ramadan ini bagi
pemeluk agama Islam tergambar pada Alquran pada surat Al Baqarah ayat 185 yang
artinya:
"bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda.
Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu..."
Ramadan berasal dari
akar kata رمﺿ
, yang berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya pada tanah.
Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab
menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan
matahari sekaligus). Bulan ke sembilan selalu jatuh pada musim panas yang
sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun
terpanggang oleh segatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang
daripada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir
reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian
terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas
yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadan, bulan dengan panas
yang menghanguskan.
Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11
hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadan tak lagi
selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadan
secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadan orang berpuasa,
tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah
Ramadan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadan
orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Wallahu `alam.
Dari akar kata tersebut kata Ramadan digunakan untuk mengindikasikan adanya
sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata
Ramadan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan
baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata ramadan tidak dapat
disamakan artinya dengan ramadan. Ramadan dalam bahasa arab artinya orang yang
sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya
momen Ramadan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata
ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya,
sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.
Penentuan
awal Ramadan
JAKARTA: Kementerian Agama akan melaksanakan sidang Isbat nanti malam
(19/7/2012) untuk menentukan 1 Ramadhan 1433 H.
Sejumlah organisasi Islam, kecuali Muhammadiyah, akan mengikuti sidang
tersebut, diantaranya Nahdlatul Ulama, PP Persatuan Islam (Persis), Dewan
Syariah Partai Keadilan Sejahtera, dan jamaah lainnya.
Diprediksikan, pemerintah akan mengacu pada penampakkan hilal yang nanti malam
diprediksi masih kurang dari 2 derajat sehingga puasa akan dimulai pada 21 Juli
lusa.
Penetapan 1 Ramadhan di Indonesia selalu mengundang polemik karena sejumlah
organisasi menggunakan metode yang berbeda. Tahun ini, Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (Lapan) menduga akan ada perbedaan.
Deputi Bidang Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengungkapkan
setelah mengamati posisi bulan menyimpulkan jika nantinya akan ada potensi
perbedaan dalam penetapan 1 Ramadhan.
Dari perjalanan bulan, diketahui bahwa pada maghrib akhir Sya’ban atau 19 Juli
2012 nanti bulan telah wujud atau tampak di Indonesia. Akan tetapi
ketinggiannya kurang dari imkan rukyat. Ketentuan Imkan rukyat menggunakan
kriteria yang disepakati ketinggian bulan minimal 2 derajat.
Nah, karena pada 19 Juli 2012 bulan sudah wujud tetapi kurang dari 2 derajat,
maka pengguna hisab wujudul hilal akan menetapkan awal Ramadhan jatuh pada 20
juli. Pengguna hisab wujudul hilal ini di antaranya adalah Muham*madiyah.
Sedangkan ormas yang menggunakan hisab imkan rukyat akan menetapkan 1 Ramadhan
pada 21 Juli. Sementara itu, posisi hilal yang rendah tadi (antara 0-2 derajat)
tidak mungkin akan berhasil di-rukyat pada 19 Juli.
Maka pengguna rukyat kemungkinan besar menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada 21
Juli. Pengguna rukyat ini di antaranya adalah pemerintah dan NU (Nahdlatul
Ulama).
Pemerintah melalui Kemenag akan menjalankan pengamatan bulan atau rukyatul
hilal pada 19 Juli 2012 nanti.
Thomas menyimpulkan Muhammadiyah berpotensi mengawali berpuasa ketim*bang
ketetapan pemerintah yaitu pada 20 Juli 2012. Sementara pemerintah dan biasanya
diikuti ormas-ormas lain terutama NU, akan menjalankan ibadah puasa mulai 21
Juli 2012.(api)
Hikmah
puasa
Ibadah puasa Ramadhan
yang diwajibkan Allah kepada setiap mukmin adalah ibadah yang ditujukan untuk
menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam QS. Al- Baqarah/2: 183.
Hikmah dari ibadah shaum itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam
menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah ‘gigih
dan ulet’ seperti yang dimaksud dalam QS. Ali ‘Imran/3: 146. Di antara hikmah
dan faedah puasa selain untuk menjadi orang yang bertakwa adalah sebagai
berikut;
Untuk pendidikan/latihan rohani
Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri
Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti
Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-baiknya
Mendidik kesabaran dan ketabahan
Untuk perbaikan pergaulan
Orang yang berpuasa akan merasakan segala kesusahan fakir miskin yang banyak
menderita kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian akan timbul rasa suka
menolong kepada orang-orang yang menderita.
Untuk kesehatan
Perlu diingat ibadah puasa Ramadhan akan membawa faaedah bagi kesehatan rohani
dan jasmani kita bila ditunaikan mengikut panduan yang telah ditetapkan, jika
tidak maka hasilnya tidaklah seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia
saja.
Allah berfirman dalam surat [Al-A'Raaf] ayat 31:
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan"
Nabi S.A.W.juga bersabda:
"Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang."
Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika
kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa muzarat kepada
kesehatan kita. Boleh menyebabkan badan menjadi gemuk, dengan mengakibatkan
kepada sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai
penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika
berbuka, mudah-mudahan Puasa dibulan Ramadhan akan membawa kesehatan bagi
rohani dan jasmani kita. Insy Allah kita akan bertemu kembali.
Sebagai rasa syukur atas segala nikmat Allah
Syarat-syarat puasa
Syarat wajib puasa yaitu
Beragama Islam
Berakal sehat
Baligh (sudah cukup umur)
Mampu melaksanakannya
Syarat sah puasa yaitu
Islam (tidak murtad)
Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)
Suci dari haid dan nifas (khusus bagi wanita)
Mengetahui waktu diterimanya puasa
Rukun puasa
Islam
Niat
Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga
terbenam matahari
Artinya : Aku berniat puasa esok hari untuk melaksanakan kewajiban bulan
ramadhan tahun ini kerana Allah Taala.
Do’a Berbuka Puasa Ramadhan :
doa buka puasa
Dibaca : Allahuma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika aftartu birahmatika
ya arhama rohimin.
Artinya : Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rizki-Mu aku berbuka, Maha
besar Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.
Salat
tarawih
Pada malam harinya,
tepatnya setelah salat isya, para agama Islam melanjutkan ibadahnya dengan
melaksanakan salat tarawih. Salat khusus yang hanya dilakukan pada bulan
Ramadan. Salat tarawih, walaupun dapat dilaksanakan dengan sendiri-sendiri,
umumnya dilakukan secara berjama'ah di masjid-masjid. Terkadang sebelum
pelaksanaan salat tarawih pada tepat-tempat tertentu, diadakan ceramah singkat
untuk membekali para jama'ah dalam menunaikan ibadah pada bulan bersangkutan.
Kemulyaan Ramadhan Bukan
Hanya Untuk Ustadz dan Kyai
Suatu
malam menjelang Ramadhan dari tempat rumah keduanya (pemancingan), kawanku
mendengar seorang penceramah lewat pengeras suara sedang membahas tentang
keutamaan menyambut bulan suci Ramadhan. Kawanku (fissher) di tengah aktifitas
hobbynya (memancing) rupanya sempat menangkap salah satu hadits tentang
keutamaan menyambut bulan Ramadhan yang dibacakan sang ustadz.
Besoknya,
dia berorasi kecil di tengah-tengah rekan-rekan kerjanya (termasuk aku) sambil
berkata: “Wah…hadits itu khusus ditujukan buat para kyai dan ustadz yang setiap
Ramadhan selalu mendapat “proyek” imam taraweh, kultum, dan ceramah di bulan
Ramadhan. Wajar saja kalau setiap datang Ramadhan selalu menyambutnya dengan
senang (gembira)!”
Ternyata,
hadits yang dimaksud oleh kawanku adalah hadits yang berbunyi:
“Barang
siapa yang merasa gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah
mengharamkan jasadnya disentuh api neraka.” (Al-Hadits)
Tentu
sebagian rekan kerjanya merespon dengan senyum dan menganggap itu Cuma comment
yang tidak diyakini sebagai sebuah pemahaman yang sebenarnya terhadap sebuah
hadits. Rekan kerjanya pun hanya menganggap itu hanya sebagai ungkapan canda.
Kisah di atas menginformasikan kepada kita bahwa (jika benar) kawanku memiliki
pemahaman seperti yang diucapkannya, maka kedatangan Ramadhan bagi sebagian
kita memang seolah-olah tidak punya makna. Bahkan yang kita khawatirkan bagi
mereka justru jika kemudian mengganggap Ramadhan hanya sebagai bulan “pengekang
kebebasan” dan “pembatas aktifitas”.Jika ini yang terjadi, maka Ramadhan tidak
akan pernah disambut, apalagi dengan perasaan suka cita.
Yang
pasti, hadits di atas bukan hadits untuk ustadz atau kyai saja, tapi universal
untuk seluruh kaum muslimin. Karena kita patut bersyukur, di bulan Ramadhan
segala kesempatan beramal semakin terbuka kepada siapa saja yang mau menangkap
peluang pahala. Jika pada satu kesempatan, didapati seseorang yang tampak
bertambah baik “kepulan asap dapurnya” di saat bulan Ramadhan, itu hanya
sebagian dari pengaruh berkah Ramadhan. Sebab memang bulan Ramadhan adalah
bulan berkah, disamping sebagai bulan rahmat dan maghfiroh. MARHABAN
YA……RAMADHAN !
2.Bermohonlah
kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah
membimbingmu untuk melakukan syiyam dan membaca kitab-Nya.
3.Celakalah
orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah
dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat.
Bersedekahlah kepada kaum fukara dan masakin .
4.Muliakanlah
orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persudaraanmu, jaga
lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan
pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.
5.Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi
manusia anak-anak yatimmu. Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu.
6.Angkatlah
tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang
paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hambanya dengan penuh
kasih;Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika
mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.
7.Wahai
manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu, maka bebaskanlah
dengan istighfar . Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa)-mu, maka
ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
8.Ketahuilah!
Allah Ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan
mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka
dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan Rabb Al-'Alamin.
9.Wahai
manusia! Barangsiapa diantaramu memberi buka kepada orang-orang Mukmin yang
berpuasa di bulan ini, maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan
seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu.
10.(Sahabat-sahabat
bertanya:" Ya Rasulullah!Tidaklah kami semua mampu berbuat
demikian." Rasulullah meneruskan:) Jagalah dirimu dari api neraka
walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun
hanya dengan seteguk air.
11.Wahai
manusia! Siapa yang membaguskan ahlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati
sirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.
12.Barang
siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya
(pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di
hari Kiamat. Barang siapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan
murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
13.Barangsiapa
memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia
berjumpa dengan-nya.
14.Barangsiapa
menyambungkan tali persudaraan (silaturahmi) di bulan ini, Allah akan
menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan
rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.
15.Barangsiapa
melakukan shalat sunat di bulan ini, Allah akan menuliskan , Allah akan
menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat
fardhu baginya adalah ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu dibulan yang
lain.
16.Barang
siapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan
timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa pada bulan ini
membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Qur'an pada
bulan-bulan yang lain.
17.Wahai
manusia! sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada
Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu.
18.Pintu-pintu
neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan
bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah
menguasaimu.
19.Amirul
Mukminin k.w. berkata,:Aku berdiri dan berkata,"Ya Rasulullah! Apa
amal yang paling utama dibulan ini?” Jawab Nabi:Ya abal Hasan! Amal yang paling
utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan
Allah". Di kutip dari:"Puasa Bersama Rasulullah",
karangan Ibnu Muhammad, Pustaka Al Bayan Mizan.
Sungguh Allah telah memberikan kepada
kita nikmat yang begitu besar pada bulan Ramadhan. Alangkah meruginya orang-orang yang tidak mau
mengambilnya. Bulan ini adalah rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka.
Tidak ada bulan yang dapat merangkum ketiga hal tersebut selain bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, sudah semestinya kita memperbanyak dan memperbagus ibadah-ibadah
kita di bulan ini. Berikut
ini tujuh kebiasaan
Rasulullah selama bulan Ramadhan:
Kebiasaan Pertama, mengerjakan amalan
fardhu dengan sempurna.
Pahala orang yang mengerjakan amalan
fardhu di bulan ramadhan sama dengan 70 kali pahala yang dilakukan pada amalan
di bulan lainnya. Alangkah besar pahala itu, alangkah meruginya orang yang
meninggalkannya. Sudah semestinya kita mengerjakannya dengan sebaik mungkin,
agar kita mendapatkan pahala itu dan keberkahan lainnya dari ibadah yang kita
lakukan. Segeralah shalat apabila adzan memanggil, kemudian lakukanlah shalat
berjamaah. Jika dihitung-hitung secara matematik, orang yang shalat berjamaah
pada bulan ramadhan akan mendapatkan pahala sebesar 1890 pahala, yaitu hasil
dari 27 x 70. Luar biasa besarnya. Dan, Allah bisa saja melipatgandakannya lagi
sebagaimana yang Dia kehendaki. Semua itu hanya diberikan Allah pada bulan ini.
Kebiasaan Kedua, mengerjakan amalan
sunah.
Pahala orang yang mengerjakan amalan
sunah sama dengan pahala orang yang mengerjakan amalan fardhu di bulan lain.
Wahai orang-orang yang lalai dalam mengerjakan amalan fadhu di bulan lain, kini
saatnya kalian mengejar ketertinggalan itu dari orang-orang saleh. Sesungguhnya
waktu kita hanya sebentar. Entah kapan kita mati; esok atau lusa, itu adalah
rahasia Allah. Tak ada yang menyelamatkan kita kecuali amal-amal yang
mengantarkan pada rahmat Allah Swt. Jika shalat fardhu saja sudah ditinggalkan
dibulan lain, ditambah ditinggalkannya shalat sunah di bulan ramadhan, entah
amal apa yang dapat menyelamatkan kita dari siksa-Nya, sedangkan yang pertama
kali di hisab adalah shalat kita. Apabila shalat kita bagus, maka bagus pula
seluruh amalan kita. Apabila jelek, tunggulah siksaan itu begitu nyata.
Kebiasaan Ketiga, membayar zakat dan
memperbanyak sedekah.
Rasulullah Saw. telah bersabda dalam
salah satu haditsnya, “Bulan
ini (ramadhan) juga merupakan bulan simpati kepada sesama. Pada bulan inilah
rezeki orang-orang beriman ditambah. Barangsiapa memberi makan (untuk berbuka
puasa) kepada orang yang berpuasa maka kepadanya dibalas dengan keampunan
dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka Jahannam dan dia juga memperoleh
ganjaran yang sama sebagaimana orang yang berpuasa tadi tanpa sedikit pun
mengurangi pahala orang yang berpuasa itu.”Yang dimaksud “memberi makan” di sini tidak
hanya berbentuk satu porsi makanan, tetapi“walau
hanya sebutir kurma, atau seteguk air, atau seisap susu.”
Rasulullah
Saw. adalah orang yang paling pemurah dan dibulan Ramadhan beliau lebih pemurah
lagi. Kebaikan Rasulullah Saw. di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus
karena begitu cepat dan banyaknya. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Sebaik-baiknya sedekah yaitu sedekah di bulan
Ramadhan.” (HR. Baihaqi, al-Khatib, dan Tirmidzi).
Dan salah satu bentuk sedekah yang
dianjurkan adalah memberikan ifthor (santapan
berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti sabda beliau, “Barangsiapa yang memberi ifthor kepada
orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang
berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.”(HR.
Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah disebutkan,
para sahabat Ra. berkata, “Ya Rasulullah! Tidak semua orang di antara kami
mempunyai sesuatu yang dapat diberikan kepada orang yang berpuasa untuk
berbuka.” Rasulullah Saw. menjawab, “Allah akan mengaruniakan balasan ini
kepada seseorang yang memberi buka walaupun hanya dengan sebiji kurma, atau
seteguk air, atau seisap susu.”
Dengan zakat dan sedekah, kita dapat
menolak bala’ bencana, doa-doa kita dikabulkan, harta kita dibersihkan,
nikmat-nikmat kita ditambah, telah gugurnya kewajiban, dan besarnya pahala yang
akan kita terima. Mungkin selama bulan-bulan lain Anda kurang bersedekah, maka
inilah saatnya Anda banyak bersedekah. Selama bulan-bulan lain Anda bekerja
keras mencari uang, maka inilah saatnya Anda sedekahkah sebagian uang itu
kepada yang berhak. Jika ada orang yang meminta, berilah. Karena toh harta kita
tidak berkurang. Apalah artinya jika Anda berpenghasilan dua juta sebulan, lalu
Anda sedekahkan lima ratus ribu pada bulan ini. Semua itu tak ada artinya
dibandingkan dengan pahala yang akan Anda terima. Harta Anda akan terus
bertambah seiring dengan terus menerusnya Anda bersedekah. Ya Allah,
karuniakanlah kami rezeki yang melimpah dan dengannya kami membayar zakat dan
sedekah.
Bulan yang penuh berkah ini memiliki
hubungan yang sangat erat dengan Al-Qur’an. Karena secara umum Allah menurunkan
kitab-kitab-Nya pada bulan ini. Begitu pula Al-Qur’an, telah diturunkan
seluruhnya dari Lauh Mahfudz ke langit dunia pada bulan ramadhan, kemudian dari
sanalah diturunkan sedikit demi sedikit sesuai dengan kejadian yang ada dalam
waktu 23 tahun. Selain itu, Shahifah Nabi Ibrahim diturunkan pada tanggal 3
ramadhan, Nabi Dawud As. mendapatkan kitab Zabur pada tanggal 12 atau 18
ramadhan, Nabi Musa As. diberi kitab Taurat pada tanggal 6 ramadhan, dan Nabi
Isa As. mendapat Injil pada tanggal 12 atau 13 ramadhan.
Inilah yang membuat bulan Ramadhan mempunyai hubungan erat dengan
firman Allah Swt., sehingga banyak riwayat yang menekankan tentang pentingnya
membaca Al-Qur’an di bulan ini, dan yang demikian
merupakan amalan para shalihin.
Jibril As. dan Rasulullah Saw. biasa saling memperdengarkan dan mendengarkan
seluruh isi Al-Qur’an pada bulan ini. Iman az-Zuhri
pernah berkata, “Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain
shiyam) ialah membaca Al-Quran.”
Kesibukan Imam Malik di bulan ramadhan
adalah membaca Al-Qur’an, bukan berceramah dan memberikan
fatwa. Imam Syafi’i membaca Al-Qur’an 60 kali khatam di bulan ini. Rumah
para sahabat Ra. dan tabi’in – di bulan ramadhan – terdengar bacaan Al-Qur’an, seorang pujangga mengibaratkannya “seperti dengungan
lebah”, dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, hendaklah sedapat mungkin
bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur’an. Apabila bulan sebelumnya hanya mampu
membaca separuh juz, alangkah baiknya ditingkatkan menjadi satu juz. Yang
penting adalah adanya peningkatan dan kesungguhan dalam membaca Al-Qur’an pada bulan ini.
Kebiasaan Kelima, memperbanyak doa dan
dzikir.
Inilah bulan dimana doa-doa kita tidak
ditolak-Nya. Dalam kitab Durrul
Mantsur ada sebuah riwayat dari Aisyah Ra. bahwa apabila
ramadhan tiba, berubahlah wajah Rasulullah Saw.. Beliau akan menambah
shalatnya, lebih merendahkan diri dalam doa-doanya, dan lebih nampak rasa
takutnya kepada Allah Swt.. Dalam satu riwayat diberitahukan bahwa di bulan
ramadhan Allah Swt. memerintahkan para malaikat pemikul Arsy, “Tinggalkanlah ibadah kalian masing-masing dan
amin-kanlah doa orang yang berpuasa.”
Kebiasaan Keenam, memperbanyak membaca kalimat Thayyibah, Istighfar, dan memohon kepada Allah untuk
masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka.
Rasulullah Saw. bersabda, “Perbanyaklah
di bulan ini empat perkara. Dua perkara dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu,
dan yang dua lagi kamu pasti memerlukannya. Dua perkara yang mendatangkan
keridhaan Allah yaitu, hendaknya kalian membaca kalimat thayyibah dan istighfar
sebanyak-banyaknya. Dan dua perkara yang kita pasti memerlukannya, yaitu
hendaknya kamu memohon kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya
dari api neraka Jahanam.” (HR. Ibnu Khuzaimah).
Kalimat thayyibah (lailahaillallah)
dan istighfar memiliki banyak sekali keutamaan. Jika dibaca dibulan yang lain
memiliki keutamaan, apalagi dibaca dibulan Ramadhan, tentu keutamaannya jauh
lebih banyak. Oleh karena itu, mari kita memperbanyak membacanya! Rasulullah
Saw. bersabda, “Dzikir yang paling utama
adalah la ilahaillallah…” Rasulullah Saw. juga bersabda, “Barangsiapa beristighfar dengan
sebanyak-banyaknya, Allah akan membuka jalan keluar dari segala kesempitan dan
membebaskannya dari segala kesedihan, dan dia memperoleh rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangka.”
Kebiasaan Ketujuh, i’tikaf.
I’tikaf adalah puncak ibadah di bulan Ramadhan. Dan I’tikaf
adalah tetap tinggal di masjidtaqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah dan menjauhkan diri dari segala aktifitas keduniaan. Dan
inilah sunnah yang selalu dilakukan Rasulullah pada bulan Ramadhan, disebutkan
dalam hadits dari Aisyah Ra. berkata, “Rasulullah Saw.ketika memasuki sepuluh
hari terakhir menghidupkan malam harinya, membangunkan keluarganya dan
mengencangkan ikat pinggangnya.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat
Muslim yang lain disebutkan, “Rasulullah Saw. bersungguh-sungguh dalam sepuluh
(hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.”
Sedangkan dalam hadits Bukhari dikatakan, “Bila masuk sepuluh (hari
terakhir bulan Ramadhan Rasulullah Saw. mengencangkan kainnya menjauhkan diri
dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”
Dalam riwayat Thabrani dari Ali bin Abi
Thalib Ra. disebutkan, “Bahwasanya Rasulullah Saw. membangunkan keluarganya
pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua
yang mampu melakukan shalat.”
Demikianlah tujuh kebiasaan Rasulullah yang dilakukan
dibulan Ramadhan. Mudah-mudahan dengan menjalankan
kebiasaan-kebiasaan itu, Allah limpahkan rahmatnya kepada kita.Rasulullah
Saw. bersabda, “Telah datang kepadamu bulan
ramadhan, dimana Allah melimpahkan keberkahan, menurunkan rahmat dan mengampuni
dosa-dosamu, menerima doa-doamu, melihat atas perlombaanmu (dalam kebaikan) dan
membanggakanmu di hadapan para malaikat. Maka tunjukkanlah kepada Allah Swt.
kebaikanmu. Sesungguhnya orang yang celaka adalah dia yang terhalang dari
rahmat Allah pada bulan ini.” (HR. Thabrani).
Cara
Rasulullah Sambut Ramadhan
Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA
Adalah Rasul SAW yang mempersiapkan diri betul menyambut kedatangan setiap
bulan Ramadhan.
Persiapan Rasul tersebut bukan hanya bersifat jasmani, melainkan paduan jasmani
dan rohani mengingat puasa sebagaimana ibadah yang lain adalah paduan ibadah
jasmani dan rohani, di samping ibadah yang paling berat di antara ibadah wajib
(fardu) lainnya.
Oleh sebab itu, ia disyariatkan paling akhir di antara ibadah wajib lainnya.
Persiapan jasmani tersebut dilakukan oleh Rasul SAW melalui puasa Senin-Kamis
dan puasa hari-hari putih (tanggal 13,14 dan 15) setiap bulan sejak bulan
syawal hingga Sya’ban.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa puasa
Senin dan Kamis. Dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasul, engkau senantiasa puasa
Senin dan Kamis.”
Beliau menjawab, “Sesungguhnya pada setiap
hari Senin dan Kamis Allah SWT mengampuni dosa setiap Muslim, kecuali dua orang
yang bermusuhan. Allah berfirman, ‘Tangguhkanlah keduanya sampai keduanya
berdamai’.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam kaitannya dengan puasa tiga hari setiap bulan, Rasul SAW bersabda kepada
Abu Dzar Al-Ghifari RA, “Wahai
Abu Dzar, jika engkau ingin berpuasa setiap bulan, maka puasalah tanggal 13,14
dan 15.” (HR. Tirmidzi).
Sedangkan persiapan rohani dilakukan oleh Rasul SAW melalui pembiasaan shalat
tahajud setiap malam serta zikir setiap waktu dan kesempatan. Bahkan, shalat
tahajud yang hukumnya sunah bagi kaum Muslimin menjadi wajib bagi pribadi Rasul
SAW.
Diriwayatkan oleh Aisyah RA yang bertanya kepada Rasul SAW mengenai pembiasaan
ssalat tahajud, padahal dosa-dosa beliau telah diampuni oleh Allah SWT, Rasul
SAW menjawab dengan nada yang sangat indah, “Apakah
tidak boleh aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?”
Memasuki bulan Sya’ban, Rasul SAW meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah
puasa, qiyamul lail, zikir dan amal salehnya. Peningkatan tersebut dikarenakan
semakin dekatnya bulan Ramadhan yang akan menjadi puncak aktifitas kesalehan
dan spiritualitas seorang Muslim.
Jika biasanya dalam sebulan Rasul SAW berpuasa rata-rata 11 hari, maka di bulan
Sya’ban ini beliau berpuasa hampir sebulan penuh. Dikisahkan oleh Aisyah RA
bahwasanya, “Rasulullah banyak berpuasa (di bulan Sya’ban) sehingga kita
mengatakan, beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah
berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat
Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya’ban.” (HR.
Bukhari-Muslim).
Dalam riwayat Usama bin Zayed RA dikatakan, “Aku bertanya kepada Rasul, ‘Wahai
Rasulullah, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Sya’ban?’
Beliau menjawab, ‘Sya’ban adalah bulan yang
dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal
manusia diangkat (ke langit) oleh Allah SWT dan aku menyukai pada saat amal
diangkat aku dalam keadaan berpuasa’.” (HR. An-Nasa’i).
Sya’ban adalah bulan penutup rangkaian puasa sunah bagi Rasulullah SAW sebelum
berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Jika Rasul telah mempersiapkan penyambutan
Ramadhan dengan berpuasa minimal 11 hari di luar Sya’ban dan 20-an hari di
bulan Sya’ban, berarti untuk menyambut Ramadhan Rasulullah SAW telah berpuasa
paling sedikitnya 130 hari atau sepertiga lebih dari jumlah hari dalam setahun.
Maka, hanya persiapan yang baiklah yang akan mendapat hasil yang baik, dan
demikian pula sebaliknya. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita
untuk mempersiapkan diri di bulan Sya’ban sehingga memperoleh hasil yang
maksimal di akhir Ramadhan.
“Di
malam terakhir Ramadhan, menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi
dan para malaikat, karena akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya.”
Waktu terus bergulir dari detik ke
detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, dari hari ke hari, dari minggu ke
minggu.... Rasanya baru kemarin kita begitu bersemangat mempersiapkan diri
untuk memasuki bulan Ramadhan, bulan tarbiyah, bulan latihan, bulan Quran,
bulan maghfirah, bulan yang penuh berkah. Namun beberapa saat lagi, Ramadhan
akan meninggalkan kita, padahal kita belum optimal melaksanakan qiyamul lail
kita, belum optimal membaca Al-Quran serta belum optimal melaksanakan
ibadah-ibadah lain, target-target yang kita pasang belum semuanya terlaksana.
Dan kita tidak akan pernah tahu apakah kita masih dapat berjumpa dengan
Ramadhan berikutnya.
Bagi para salafush shalih, setiap bulan Ramadhan pergi meninggalkan mereka,
mereka selalu meneteskan air mata. Di lisan mereka terucap sebuah doa yang
merupakan ungkapan kerinduan akan datangnya kembali bulan Ramadhan menghampiri
diri mereka.
Orang-orang zaman dahulu, dengan berlalunya bulan Ramadhan, hati mereka mejadi
sedih. Maka, tidak mengherankan bila pada malam-malam terakhir Ramadhan, pada
masa Rasulullah SAW, Masjid Nabawi penuh sesak dengan orang-orang yang
beri’tikaf. Dan di sela-sela i’tikafnya, mereka terkadang menangis
terisak-isak, karena Ramadhan akan segera berlalu meninggalkan mereka.
Ada satu riwayat yang mengisahkan bahwa kesedihan ini tidak saja dialami
manusia, tapi juga para malaikat dan makhluk-makhluk Allah lainnya.
Dari Jabir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Di malam terakhir Ramadhan,
menangislah tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dan para malaikat, karena
akan berlalunya Ramadhan, dan juga keistimewaannya. Ini merupakan musibah bagi
umatku.”
Kemudian ada seorang sahabat bertanya, “Apakah musibah itu, ya Rasulullah?”
“Dalam bulan itu segala doa mustajab, sedekah makbul, segala kebajikan
digandakan pahalanya, dan siksaan kubur terkecuali, maka apakah musibah yang
terlebih besar apabila semuanya itu sudah berlalu?”
Ketika mereka memasuki detik-detik akhir penghujung Ramadhan, air mata mereka
menetes. Hati mereka sedih.
Betapa tidak. Bulan yang penuh keberkahan dan keridhaan Allah itu akan segera
pergi meninggalkan mereka. Bulan ketika orang-orang berpuasa dan menghidupkan
malam-malamnya dengan ibadah. Bulan yang Allah bukakan pintu-pintu surga, Dia
tutup pintu-pintu neraka, dan Dia belenggu setan. Bulan yang awalnya adalah
rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Bulan
ketika napas-napas orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada
minyak kesturi. Bulan ketika Allah setiap malamnya membebaskan ratusan ribu
orang yang harus masuk neraka. Bulan ketika Allah menjadikannya sebagai
penghubung antara orang-orang berdosa yang bertaubat dan Allah Ta’ala.
Mereka menangis karena merasa belum banyak mengambil manfaat dari Ramadhan.
Mereka sedih karena khawatir amalan-amalan mereka tidak diterima dan dosa-dosa
mereka belum dihapuskan. Mereka berduka karena boleh jadi mereka tidak akan bertemu
lagi bulan Ramadhan yang akan datang.
Suatu hari, pada sebuah shalat ‘Idul Fithri, Umar bin Abdul Aziz berkata dalam
khutbahnya, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa karena
Allah selama tiga puluh hari, berdiri melakukan shalat selama tiga puluh hari
pula, dan pada hari ini kalian keluar seraya memohon kepada Allah agar menerima
amalan tersebut.”
Salah seorang di antara jama’ah terlihat sedih.
Seseorang kemudian bertanya kepadanya, “Sesungguhnya hari ini adalah hari
bersuka ria dan bersenang-senang. Kenapa engkau malah bermuram durja? Ada apa
gerangan?”
“Ucapanmu benar, wahai sahabatku,” kata orang tesrebut. “Akan tetapi, aku
hanyalah hamba yang diperintahkan oleh Rabb-ku untuk mempersembahkan suatu
amalan kepada-Nya. Sungguh aku tidak tahu apakah amalanku diterima atau tidak.”
Kekhawatiran serupa juga pernah menimpa para sahabat Rasulullah SAW. Di
antaranya Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Diriwayatkan, di penghujung Ramadhan,
Sayyidina Ali bergumam, “Aduhai, andai aku tahu siapakah gerangan yang diterima
amalannya agar aku dapat memberi ucapan selamat kepadanya, dan siapakah
gerangan yang ditolak amalannya agar aku dapat ‘melayatnya’.”
Ucapan Sayyidina Ali RA ini mirip dengan ucapan Abdullah bin Mas’ud RA,
“Siapakah gerangan di antara kita yang diterima amalannya untuk kita beri
ucapan selamat, dan siapakah gerangan di antara kita yang ditolak amalannya
untuk kita ‘layati’. Wahai orang yang diterima amalannya, berbahagialah engkau.
Dan wahai orang yang ditolak amalannya, keperkasaan Allah adalah musibah
bagimu.”
Imam Mu'alla bin Al-Fadhl RA berkata, "Dahulu para ulama senantiasa berdoa
kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan dengan Ramadhan. Kemudian
mereka juga berdoa selama enam bulan agar diterima amal ibadah mereka (selama
Ramadhan)."
Wajar saja, sebab, tidak ada yang bisa menjamin bahwa tahun depan kita akan
kembali berjumpa dengan bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah ini.
Karenanya, beruntung dan berbahagialah kita saat berpisah dengan Ramadhan
membawa segudang pahala untuk bekal di akhirat.
Jika kita merenungi kondisi salafush shalih dan meneliti bagaimana mereka
menghabiskan waktu-waktu mereka di bulan Ramadhan, bagaimana mereka
memakmurkannya dengan amal shalih, niscaya kita mengetahui jauhnya jarak di
antara kita dan mereka.
Bagaimana dengan kita? Adakah kesedihan itu hadir di hati kita di kala Ramadhan
meninggalkan kita? Atau malah sebaliknya, karena begitu bergembiranya menyambut
kedatangan Hari Raya ‘Idul Fithri, sampai-sampai di sepuluh hari terakhir, yang
seharunya kita semakin giat melaksanakan amalan-amalan ibadah, kita malah
disibukkan dengan belanja, membeli baju Lebaran, disibukkan memasak, membuat
kue, dan lain-lain.
Padahal di sisi lain, masih banyak orang di sekitar kita yang berjuang untuk
mendapatkan sesuap nasi untuk berbuka hari ini, bukan untuk besok, apalagi
untuk pesta pora di hari Lebaran.
Tapi apakah salah bila kita menyongsong Hari Raya ‘Idul Fithri dengan
kegembiraan? Tentu saja tidak. Bukankah Rasulullah SAW telah mengatakan, “Wahai
Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum mempunyai hari raya, dan sesungguhnya hari
ini adalah hari raya kita.” (HR Nasa’i). Lebarannya Rasulullah
SAW
Idul Fithri adalah anugerah Allah kepada umat Nabi Muhammad, tak salah bila
disambut dengan suka cita. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Annas RA. “Rasulullah SAW datang, dan penduduk Madinah
memiliki dua hari, mereka gunakan dua hari itu untuk bermain di masa Jahiliyah.
Lalu beliau berkata, ‘Aku telah mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari
yang kalian gunakan untuk bermain di masa Jahiliyah. Sungguh Allah telah
menggantikan untuk kalian dua hari yang lebih baik dari itu, yaitu hari Nahr
(‘Idul Adha) dan hari Fithr (‘Idul Fithri)’.”
Hanya saja dalam kegembiraan ini jangan sampai berlebih-lebihan, baik itu dalam
berpakaian, berdandan, makan, tertawa. Dan di malam Hari Raya ‘Idul Fithri pun,
kita hendaknya tidak terlarut dalam kegembiraan sehingga kita lupa untuk
menghidupkan malam kita dengan qiyamul lail. Bukankan kita sudah dilatih untuk
menghidupkan malam-malam kita dengan Tarawih selama bulan Ramadhan? Dan
Rasulullah SAW pun bersabda, dari Abu Umamah RA, “Barang siapa melaksanakan
qiyamul lail pada dua malam ‘Id (‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha) dengan ikhlas
karena Allah SWT, hatinya tidak akan pernah mati di hari matinya hati-hati
manusia’." (HR Ibnu Majah).
Marilah kita lihat bagaimana Rasulullah SAW menyambut Lebaran dengan keriangan
yang bersahaja.
Pagi itu, tepatnya 1 Syawwal, Rasulullah SAW keluar dari tempat i’tikafnya,
Masjid Nabawi. Beliau bergegas mempersiapkan diri untuk berkumpul bersama
umatnya, melaksanakan salat ‘Id. Nabi juga menyuruh semua kaum muslimin,
dewasa, anak-anak, laki-laki, dan perempuan, baik perempuan yang suci maupun
yang haid, keluar bersama menuju tempat shalat, supaya mendapat keberkahan pada
hari suci tersebut.
Menurut hadits Ummu ‘Athiyyah, “Kami diperintahkan untuk mengeluarkan semua
gadis dan wanita, termasuk yang haid, pada kedua hari raya, agar mereka dapat
menyaksikan kebaikan hari itu, juga mendapat doa dari kaum muslimin. Hanya saja
wanita-wanita yang haid diharapkan menjauhi tempat shalat.” (HR
Bukhari-Muslim).
Dikatakan oleh Ibnu Abbas, “Rasulullah SAW keluar dengan seluruh istri dan
anak-anak perempuannya pada waktu dua hari raya.” (HR Baihaqi dan Ibnu Majah).
Ibnu Abbas dalam hadits yang diriwayatkannya menuturkan, “Saya ikut pergi
bersama Rasulullah SAW (waktu itu Ibnu Abbas masih kecil), menghadiri Hari Raya
‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha, kemudian beliau shalat dan berkhutbah. Dan setelah
itu mengunjungi tempat kaum wanita, lalu mengajar dan menasihati mereka serta
menyuruh mereka agar mengeluarkan sedekah.”
Sebelum melaksanakan salat ‘Id, terlebih dahulu Rasulullah membersihkan diri.
Lalu beliau berdoa, “Ya Allah, sucikanlah hati kami sebagaimana Engkau sucikan
badan kami, sucikanlah bathin kami sebagaimana Engkau telah menyucikan lahir kami,
sucikanlah apa yang tersembunyi dari orang lain sebagaimana Engkau telah
menyucikan apa yang tampak dari kami.”
Ada juga riwayat yang mengatakan, Rasulullah, setelah mandi, memakai parfum.
Anas bin Malik berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan kita di dua hari raya
mengenakan pakaian terbagus yang kita miliki, menggunakan parfum terbaik yang
kita miliki, dan berqurban (bersedekah) dengan apa saja yang paling bernilai
yang kita miliki.” (HR Al-Hakim, dan sanadnya baik).
Imam Syafi’i dengan sanad yang juga baik meriwayatkan, Rasulullah SAW
mengenakan kain burdah (jubah) yang bagus pada setiap hari raya. Pakain
terbagus dalam hal ini bukan berarti baru dibeli, tetapi terbagus dari yang
dimiliki. Lebih khusus lagi Imam Syafi’i dan Baghawi meriwayatkan, Nabi SAW
memakai pakaian buatan Yaman yang indah pada setiap hari raya (Pakaian buatan
Yaman merupakan standar keindahan busana saat itu).
Pada hari istimewa itu, beliau mengenakan hullah, pakaiannya yang terbaik yang
biasa beliau kenakan setiap hari raya dan hari Jum’at. Ini merupakan tanda
syukur kepada Allah, yang telah memberikan nikmat-Nya.
Kemudian, beliau mengambil beberapa butir kurma untuk dimakan. Kurma yang
dimakan biasanya jumlahnya ganjil, seperti satu, tiga, dan berikutnya. Ini
pertanda, hari itu umat Islam menghentikan puasanya.
Sepanjang perjalanan dari rumah menuju tempat salat ‘Id, Rasulullah tak
henti-hentinya mengumandangkan takbir dengan khidmat. “Allahu Akbar, Allahu
Akbar, walillahilhamdu.”
Rasulullah SAW selalu melaksanakan shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha di tanah
lapang, seperti disebutkan di dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim. Beliau baru
melaksanakan salat ‘Id di masjid kalau hari hujan. Menurut ahli fiqih, tempat
salat ‘Id yang sering digunakan Rasulullah dan para sahabat itu terletak di
sebuah lapangan di pintu timur kota Madinah.
Rasulullah melaksanakan salat ‘Idul Fithri agak siang. Ini untuk memberi
kesempatan kepada para sahabat membayar zakat fithrah mereka. Sementara salat
‘Idul Adha dilakukan lebih awal, agar kaum muslimin bisa menyembelih hewan
qurban mereka.
Jundab RA berkata, “Rasulullah SAW shalat ‘Idul Fitri dengan kami ketika
matahari setinggi dua tombak, dan shalat ‘Idul Adha dengan kami ketika matahari
setinggi satu tombak.”
Rasulullah melaksanakan salat ‘Idul Fithri dua rakaat tanpa adzan dan iqamat.
Pada rakaat pertama, beliau bertakbir tujuh kali dengan takbiratul ihram dan
kaum muslimin di belakangnya bertakbir seperti takbirnya. Kemudian membaca
surah Al-Fatihah dan surah lainnya dengan keras.
Pada rakaat kedua, beliau takbir qiyam (berdiri dari sujud) kemudian bertakbir
lima kali, kemudian membaca Al-Fatihah, disambung dengan surah lainnya.
Namun ada juga sahabat yang tertinggal shalatnya. Maka misalnya dia hanya
mendapat tasyahhud, setelah imam salam dia shalat dua rakaat. Jadi dia shalat
dua rakaat, sebagaimana dia ketinggalan dua rakaat dari imam.
Lalu bagaimana dengan orang yang ketinggal shalat hari raya? Menurut Ibnu
Mas’ud, “Barang siapa tertinggal shalat hari raya, hendaklah dia shalat empat
rakaat sendiri.”
Abu Said Al-Khudri RA berkata, “Rasulullah SAW selalu keluar pada Hari Raya
Haji dan Hari Raya Puasa. Beliau memulai dengan shalat. Setelah selesai shalat
dan memberi salam, Baginda berdiri menghadap kaum muslimin yang masih duduk di
tempat shalatnya masing-masing. Jika mempunyai keperluan yang mesti
disampaikan, akan beliau tuturkan hal itu kepada kaum muslimin. Atau ada
keperluan lain, maka beliau memerintahkannya kepada kaum muslimin. Beliau
pernah bersabda (dalam salah satu khutbahnya di hari raya), ‘Bersedekahlah
kalian! Bersedekahlah! Bersedekahlah!’ Dan ternyata kebanyakan yang memberikan
sedekah adalah kaum wanita.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketika berangkat untuk melakukan salat ‘Id, Rasulullah selalu melewati jalan
yang berbeda ketika pulangnya. Ini memudahkan para sahabat yang hendak menemui
beliau untuk mengucapkan selamat hari raya, sekaligus menunjukkan kepada kaum
kafir bahwa inilah umat Islam, yang keluar menuju Allah, dan kembali
kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, dan berjalan di muka bumi ini agar
memperoleh keridhaan-Nya. Saling Bermaafan
Saat bertemu satu sama lain, kaum muslimin saling bermaafan, seraya saling
mendoakan. Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Khalid bin Ma’dan RA
mengatakan, “Aku menemui Watsilah bin Al-Asqa’ pada hari ‘Id, lalu aku
mengatakan, ‘Taqabbalallah minna wa minka (Semoga Allah menerima amal ibadahku
dan amal ibadahmu).’
Lalu ia menjawab, ‘Taqabbalallah minna wa minka’.
Kemudian Watsilah berkata, ‘Aku menemui Rasulullah SAW pada hari ‘Id, lalu aku
mengucapkan: Taqabbalallah minna wa minka.
Lalu Rasulullah SAW menjawab, ‘Ya, taqabbalallah minna wa minka’.” (HR
Baihaqi).
Selanjutnya, di masa sahabat, ucapan ini agak berubah sedikit. Jika sebagian
sahabat bertemu dengan sebagian yang lain, mereka berkata, “Taqabballahu minna
wa minkum (Semoga Allah menerima amal ibadahku dan amal ibadah kalian).” (HR
Ahmad dengan sanad yang baik).
Pada hari raya, Rasulullah mempersilakan para sahabat untuk bergembira. Seperti
mengadakan pertunjukan tari dan musik, makan dan minum, serta hiburan lainnya.
Namun semua kegembiraan itu tidak dilakukan secara berlebihan atau melanggar
batas keharaman. Karena, hari itu adalah hari-hari makan, minum, dan dzikir
kepada Allah Azza wa Jalla (HR Muslim).
Aisyah RA menceritakan, “Di Hari Raya ‘Idul Fithri, Rasulullah masuk ke
rumahku. Ketika itu, di sampingku ada dua orang tetangga yang sedang bernyanyi
dengan nyanyian bu’ats (bagian dari nyayian pada hari-hari besar bangsa Arab
ketika terjadi perselisihan antara Kabilah Aush dan Khazraj sebelum masuk
Islam). Kemudian Rasulullah berbaring sambil memalingkan mukanya.
Tidak lama setelah itu Abu Bakar masuk, lalu berkata, ‘Kenapa membiarkan
nyanyian setan berada di samping Rasulullah?’
Mendengar hal itu, Rasulullah menengok kepada Abu Bakar seraya berkata, ‘Wahai
Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya, dan hari ini
adalah hari raya kita’.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ada juga riwayat dari Imam Bukhari yang menceritakan, “Rasulullah SAW masuk ke
tempatku (Aisyah), kebetulan di sana ada dua orang sahaya sedang menyanyikan
syair-syair Perang Bu’ats (Bu’ats adalah nama benteng kepunyaan suku Aus;
sedang hari Bu’ats ialah suatu hari yang terkenal di kalangan Arab, waktu
terjadi pertempuran besar di antara suku Aus dan Khazraj). Beliau terus masuk
dan berbaring di ranjang sambil memalingkan kepalanya.
Tiba-tiba masuk pula Abu Bakar dan membentakku seraya berkata, ‘(Mengapa
mereka) mengadakan seruling setan di hadapan Nabi?’
Maka Nabi pun berpaling kepadanya, beliau berkata, ‘Biarkanlah mereka.’
Kemudian setelah beliau terlena, aku pun memberi isyarat kepada mereka supaya
keluar, dan mereka pun pergi.
Dan waktu hari raya itu banyak orang Sudan mengadakan permainan senjata dan
perisai. Adakalanya aku meminta kepada Nabi SAW untuk melihat, dan adakalanya
pula beliau sendiri yang menawarkan, ‘Inginkah kau melihatnya?’
Aku jawab, ‘Ya.’
Maka disuruhnya aku berdiri di belakangnya, hingga kedua pipi kami bersentuhan,
lalu sabdanya, ‘Teruskan, hai Bani ‘Arfadah!’
Demikianlah sampai aku merasa bosan.
Maka beliau bertanya, ‘Cukupkah?’
Aku jawab, ‘Cukup.’
‘Kalau begitu, pergilah!’ kata beliau.”
Hakikat Kemenangan
Demikianlah, Ramadhan telah melewati kita. Tapi kebaikan-kebaikan lain tetap
mesti dipertahakan.
Puasa Ramadhan memang telah berakhir, tapi puasa-puasa sunnah, misalnya, tidaklah
berakhir, tetap menanti kita. Seperti puasa enam hari di bulan Syawwal, puasa
Senin-Kamis, puasa tiga hari dalam sebulan (ayyaamul bidh, tanggal 13, 14, dan
15 tiap bulan), puasa Asyura' (tanggal 10 Muharram), puasa Arafah (tanggal 9
Dzulhijjah), dan lain-lain.
Tarawih memang telah berlalu, tapi Tahajjud, misalnya, tetap menanti kita. Juga
bermunajat di tengah malam, yang merupakan kebiasaan orang-orang shalih. Abu
Sulaiman Ad-Daaraani rahimahullah berkata, "Seandainya tidak ada malam,
niscaya aku tidak ingin hidup di dunia."
Zakat fithrah memang telah berlalu, tapi zakat wajib dan pintu sedekah masih
terbuka lebar pada waktu-waktu yang lain.
Karenanya, memasuki ‘Idul Fithri, yang berarti jiwa kita menjadi fithri (suci),
“tampilan” kita harus lebih Islami. Baik tujuan, orientasi, motivasi, fikrah
(pemikiran), akhlaq, moral, perilaku, interaksi, kebijakan, aktivitas, kiprah,
peran, maupun yang lainnya. Individu, rumah tangga, ataupun sosial. Rakyat,
ataupun pejabat. Ini merupakan indikator diterimanya puasa Ramadhan kita.
Karena jika Allah SWT menerima amal seseorang, Dia akan menolongnya untuk
mengadakan perubahan diri ke arah yang lebih positif dan meningkatkan amal
kebajikan.
Seorang penyair Arab mengingatkan dalam sya'irya: Bukanlah Hari Raya ‘Id itu bagi orang yang berbaju baru Melainkan hakikat ‘Id itu bagi orang yang bertambah
ta'atnya
Semoga dengan latihan yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan ini, kita
disampaikan Allah kepada ketaqwaan. Semoga ketaqwaan ini dapat kita terus
pertahankan dan kita jadikan sebagai pakaian kita sehari-hari. Dan semoga kita
masih dapat dipertemukan Allah dengan Ramadhan berikutnya.
Taqabbalallahu minna waminkum, wakullu 'aamin wa antum bikhairin.
Salah satu adab melepas bulan Ramadhan sebagaimana diajarkan oleh
Rasulullah SAW kepada para pengikutnya adalah membacakan Doa Perpisahan. Doa Perpisahan tersebut sebaiknya
dibaca pada malam terakhir Ramadhan. Namun, sekiranya ada kekhawatiran malam
terakhir Ramadhan akan berlalu tanpa diketahui, maka dianjurkan untuk
membacanya pada kedua malam terakhir Ramadhan, yaitu malam ke 29 (malam ini)
dan ke 30. Berikut saya bagikan beberapa
alternatif doa perpisahaan tersebut dalam versi Bahasa Indonesia (dapat dipilih
salah satu atau dibaca semuanya): Doa 1 Dari Jabir bin Abdillah ra dari
Muhammad al Mustafa SAW: Beliau bersabda, Siapa yang membaca doa ini di malam terakhir Ramadhan, ia akan
mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: menjumpai Ramadhan mendatang atau
pengampunan dan rakhmat Allah. Ya Allah, janganlah Engkau
jadikan puasa ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidupku. Seandainya Engkau
berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang
dirakhmati bukan yang hampa semata Doa 2 “Ya Allah, dalam kitab yang Kau wahyukan
(kepada Nabi Muhammad SAW), Engkau berfirman: Bulan Ramadhan adalah bulan yang
diturunkannya Al Quran di dalamnya. Tetapi sebentar lagi berlalu. Aku mohonkan
padaMu dengan perantaraan WajahMu yang mulia, dengan perantaraan
kalimat-kalimatMu yang sempurna, seandainya
masih tersisa padaku dosa yang belum Kau ampuni, atau dosa yang (menyebabkan)
aku disiksa karenanya (hingga) terbitnya fajar malam ini, atau hingga
berlalunya bulan ini, maka ampunilah semuanya, wahai Dzat Yang Paling Pengasih
dari semua yang mengasihi. Ya Allah, bagiMu segala pujian.
Segala pujian yang telah Kau ucapkan untuk diriMu sendiri, segala pujian
sungguh-sungguh yang diungkapkan hambaMu yang bijak dan senantiasa berzikir dan
bersyukur kepadaMu. Merekalah orang-orang yang telah Kau bantu menunaikan
hak-hakMu dari sebagian makhlukMu yang tersebar di alam ini, baik dari kalangan
malaikat yang dekat denganMu ataupun nabi-nabi yang telah Engkau utus ataupun
orang-orang yang berfikir ataupun dari kalangan mereka yang bertasbih kepadaMu. Sungguh, Engkau telah mengantar
kami ke bulan Ramadhan ini dan telah mengaruniai kami kenikmatan dan anugerah.
Engkau telah menampakkan kemurahan dan pemberianMu. Karenanya, padaMu bermuara segala
sanjungan yang abadi, kekal, dan menetap selamanya. Betapa agung sebutanMu. Tuhanku, bantulah aku menjalani
bulan Ramadhan sehingga Engkau sempurnakan puasa, shalat dan segala kebaikan,
syukur dan dzikir kami di bulan ini. Oh
Tuhanku, terimalah puasaku dengan sebaik-baiknya penerimaan, perkenanan, maaf,
kemurahan, pengampunan, dan hakikat keridaanMu. Sehingga Kau memenangkan aku
dengan segala kebaikan yang dituntut, segala anugerah yang Kau curahkan di
bulan ini. Selamatkanlah aku di dalamnya dari kekhawatiran terhadap bencana
yang mengancam atau dosa yang berlangsung terus. Duhai Tuhanku, aku bermohon padaMu
dengan keagungan yang diminta hambaMu dari kemuliaan nama-nama dan keindahan
pujianMu dan dari para pengharap yang istimewa. Sudilah Engkau mencurahkan
rakhmatMu kepada Muhammad dan keluarganya. Dan agar Kau jadikan bulan ini
seagung-agungnya Ramadhan, yang telah berlalu dari kami sejak Engkau turunkan
ke dunia, sebagai berkah dalam menjaga agama, jiwa dan segala kebutuhanku. Juga
berkatilah aku dalam semua persoalan, sempurnakanlah pemberian nikmatMu,
palingkanlah aku dari keburukan dan hiasi aku dengan busana kesucian di bulan
ini. Demikian pula, dengan
rakhmatMu golongkanlah aku ke dalam orang-orang yang mendapatkan (keutamaan)
malam al-Qadar. Malam yang telah Kau tetapkan lebih baik dari seribu bulan
dalam keagungan ganjaran, kemuliaan perbendaharaan, keindahan syukur, panjang
umur, dan kemudahannya yang berlanjut. Oh Tuhanku, aku bermohon dengan
perantaraan rakhmat, kebaikan, ampunan, karunia, keluhuran, kebaikan, dan
pemberianMu. Janganlah Engkau jadikan Ramadhan ini sebagai kesempatan
terakhirku. Sudilah Engkau mengantar aku hingga Ramadhan berikutnya dalam
keadaan yang paling baik. Perlihatkan aku hilal Ramadhan berikutnya, bersama
orang-orang yang melihat keleluasaan rakhmatMu. Dan limpahkanlah anugerahMu,
wahai Tuhanku. Tiada ada Tuhan selain Allah. Semoga perpisahanku dengan
bulan Ramadhan ini bukanlah perpisahan untuk selamanya dan bukan pula akhir
pertemuanku. Sehingga aku dapat kembali bertemu pada tahun mendatang dalam
keadaan penuh keluasan rezaki dan keutamaan harapan. Kini aku berada di hadapanMu dengan penuh
kesetiaan. Sesungguhnya Engkay Maha Mendengar segala doa. Ya Allah,
dengarkanlah pengaduanku ini. Perhatikanlah rintihan, kerendahan, kepapaan dan
penyerahan diriku ini. Aku berserah diri padaMu, Tuhanku.
Aku tidak mengharapkan kemenangan, ampunan, kemuliaan, dan penyampaian (kepada
cita-citaku) kecuali padaMu. Anugerahilah aku keagungan pujianMu, kesucian
nama-namaMu, dan kesampaianku kepada Ramadhan berikutnya dalam keadaan terbebas
dari semua keburukan, kekhawatiran dan ganjalan. Segala puji untukMu semata,
yang telah membantu kami untuk menunaikan puasa dan mendirikan qiyamul lail di
bulan Ramadhan ini, hingga malamnya yang terakhir. Temans, Seorang penyair Arab pernah mengingatkan
dalam syairnya, Bukanlah hari raya Id itu bagi
orang yang berbaju baru, melainkan hakekat Id itu bagi orang yang bertambah
taatnya (kepada Allah swt.). Taqabbalallahu minna
waminkum, wakullu aamin wa antum bikhairin. Selamat Hari Raya Idul
Fitri, Minal Aidzin wal Faidzin Mohon maaf lahir dan
batin, met mudik bagi yang mudik ya Semoga Allah SWT menerima
semua amal ibadah klta di bulan Ramadhan. Amin … http://msalman.blogdetik.com/2008/09/26/doa-perpisahan-melepas-bulan-ramadhan/
Mengembalikan Public Relation kepada Manusia
-
Pernah nggak, merasa kesal saat menerima balasan otomatis dari pesan
singkat yang dikirim pada nomor layanan masyarakat, yang balasannya sangat
formal...
MAAF DARIKU TERIMA KASIH UNTUKMU
-
*Penulis:*
Ida Purwanti
*ISBN:*
978-602-6757-32-6
*Sinopsis:*
Sorot matanya tertuju pada langit malam itu, seolah-olah langit yang
menjadi saksi bisu s...
BACA ALQUR’AN, GALAU LEWAT!
-
Assalammu’alaikum guys! Kalian yang lagi pada galau… weew, mungkin udah
nyoba berbagai cara untuk ngusir si galau itu (emang orang hehehe), dari
guling...